December 2014 ~ pratamagta

Wednesday, December 31, 2014

SEGERAKAN menikah

INGAT ya segera! Saya ulangi se-ge-ra. Kalau segera bukan berarti buru-buru dan tergesa-gesa. Karena terburu-buru dan tergesa-gesa adalah perbuatan setan, jelas beda ya segera dan terburu-buru.

Ada pertanyaan yang lucu nih. Ada yang update dibbm seperti ini, “Aku tuh pengen punya pacar tapi serius bukan main-main.” Yang update kebetulan perempuan. Hei, kemana aja Neng? Yang namanya pacaran itu pasti main-main bukan serius namanya juga pa-ca-ran, bohong-bohongan gak mungkin seriusan. Kita sebagai manusia jangan terlalu bodoh akan hal itu. Yang namanya serius itu ketika ada yang datang ke rumah dan melamar, nah baru itu serius. Saya ulangi lagi se-ri-us. Masuk di akal kan?

Fenomena yang menyedihkan! Kalau tidak punya pacar dianggap tidak laku, kalau punya pacar dianggap laku apalagi kalau ganti-ganti pacar.Astaghfirullah, ini pikirannya kemana sih? Ya, wajar jika akhirnya galau, akhirnya nangis, dan yang parah sampai bunuh diri. Wah, ini lebih kacau lagi. Bahkan saya sempat mendengar seorang artis laki-laki yang bicara soal mantan, kalau mantan itu katanya sudah tidak berguna lagi, sudah jadi sampah. Ya Allah, saya merinding mendengar itu, di mana harga diri sorang perempuan? Masihkah bangga dan masihkan mau dengan pacaran? Sudah jelaslah menikah adalah solusi yang terbaik,

Sudah, sudah jangan melamun lagi yang sudah terlanjur. Yang lalu biarlah berlalu. Jadikan pelajaran dan mari tata kembali dengan perubahan kita. Kalau masa lalunya pernah pacaran, mari memperbaiki diri. Jangan ulangi lagi. Asal niat berubah karena Allah, pasti Allah akan bantu. Siap?

Jadi harus bagaimana? Ya, jika sudah ada calon, segerakan menikah. Jangan pacaran! Menyegerakan menikah itu lebih baik. Kalau sudah berniat untuk menyegerakannya, pastilah usaha kita bakalan lebih powerful lagi. Kita akan senantiasa memperbaki dan mempersiapkannya, baik dari sifatnya, sikapnya untuk menjadi seorang yang pantas menjadi imam.

Fenomena yang Aneh

Remaja zaman sekarang kayaknya aneh banget. Mengapa saya bilang aneh? Karena mereka aneh dalam berpikirnya. Ia menginginkan pasangan yang setia, yang baik, yang shaleh, yang taat agama, yang “ter”, tapi kenapa mereka terus saja mencari pasangan yang bukan mahramnya? Gak cocok dengan apa yang diinginkannya. Ia terus ganti-ganti pasangan. Aduh dimana ya pemikirannya? Alasan ganti-ganti pasangan karena ingin memilih yang terbaik. Hmmm, kayaknya ampe botak juga gak akan ketemu-ketemu, hehehe.

Apalagi kalau seorang perempuan yang mengemis-ngemis ingin pacaran, waduh udah bahaya nih. Katanya kalau sudah pacaran bisa lebih dekat selalu. Ini apa-apaan? Racunnya sudah menjalar, jelas-jelas Allah menyuruh langsung menikah saja, sudah mah berkah, dapat pahala, gak galau lagi.

Bedakan ketika pacaran kerjaannya galau melulu, padahal galau itu adalah perbuatan setan yang terkutuk. Jadi siapa saja yang galau itu temannya setan, hehehe.

Sudah tahu pacaran itu menggalaukan, kayanya seluruh anak muda yang meng-iyakan, namu tetap saja mereka hobi sama pacaran. Aduh, kalau sudah galau katanya harus cari lagi pasangan baru biar lupa, hihihi lebih kacau deh.

Nih, saya informasikan untuk Anda. Ketika pacaran memang indah, sangat indah, namun itu hanya berlaku sesaat, dan itu hanya bertahan beberapa bulan bahkan beberapa minggu, selebihnya malah menjadi kacau, banyak masalah-lah, banyak tuntutan-lah dan itu membuat kita semakin menciut untuk melakuka yang bermanfaat. Malah menjauhkan impian, karena tersiksa dengan pikiran, dengan keadaan. Jadi, yang ada dampaknya malahan kurus gak jelas, walhasil impian jauh tercapai, masalah bertubi-tubi datang. Kalau tidak percaya lakukan saja hal itu, dan tunggu hasil yang bisa membuat Anda RUGI. Sekali lagi R-U-G-I. Sudah mah ngebatin dengan masalah nyata dari keluarga, eh ditambah masalah dari pasangan yang sering disebut pacaran itu, bisa-bisa meledak itu otak, bener-bener habis itu badan.

Mau orang tua udah kasih restu, pacaran tetep aja dosa.

Sang Bidadari

Wednesday, December 24, 2014

APRILIANI

Rame rame galang dana buat di kirim ke Banjarnegara. Yakin di lingkungan sekitar kamu tinggal gak ada yg hidup kekurangan?

Sibuk ngumpulin pakaian bekas yg layak pakai buat dikirim ke Banjarnegara. Yakin disekitar lingkungan kamu tinggal sudah berpakaian layak semua?

Triak teiak di perempatan "MEREKA SAUDARA KITA, MEREKA TERKENA MUSIBAH, MEREKA KELAPARAN DAN KEDINGINAN, MARI KITA BERSAMA SAMA MENOLONG SAUDARA KITA DI BANJARNEGARA". yakin disekitar kamu berdiri g ada yg kelaparan?

Aku cuma bertanya "mba, ada berapa orang yg membutuhkan bantuan dan tinggal di sekitar rumah atau kos kamu ?" Kalau ini gerakan menolong sesama, kenapa pas ada bencana baru bergerak? Jadi cuma korban bencana saja yg bisa diaebut 'sesama' ?

Banjarnegara di perhatikan seluruh indonesia. Dari berbagai penjuru negri memperhatikan dan berlomba lomba memberi bantuan. Sedangkan beberapa orang disekitar kita sebenarnya sangat membutuhkan bantuan kita juga tapi kenapa kita tak mengumpulkan dana atau memberikan dana pribadi kita pada mereka? Apa karna mereka tak masuk Televisi? Apa kalo menolong mereka jadi tak sekeren menolong korban Bencana alam.

Teman teman maaf kalo saya lancang. Saya turut berduka cita atas bencana yg dialami saudara kita di Banjarnegara.

Kemarin saya mengalami kejadian yg sempat membuat saya kesal. Semua itu bermula ketika saya dalam perjalanan pulang ke kos. Ketika saya sedang terjebak lampu merah, saya mendapati seorang ibu ibu menangis di trotoar pinggir jalan. Melihat kejadian itu saya langsung mencoba menepi dan menghampiri ibu itu sembari pura pura beli kopi karna saya lihat ibu itu berjualan kopi dan beberapa minuman hangat.
Singkat cerita akhirnya saya tahu kalau ibu itu hidup dengan berjualan kopi, Sendari pagi perutnya belum kemasukan nasi, itu yg membuatnya menangis. Aku berniat memberinya uang namun ternyata aku hanya bisa menemukan beberapa lembar ribuan di dompetku.
Dalam bisingnya suara motor samar samar aku dengar suara perempuan yg mengelu elukan berbagi untuk sesama. Aku sangat lega. Aku berlari menuju tengah perempatan dan bertemu dengan mahasiswi yg sedang memegang kardus bertuliskan "PEDULI BANJARNEGARA" terdapat uang sumbangan dari para pengendara yg lewat disitu.
Setelah berkenalan akhirnya aku mengetahui bahwa ia bernama Aprilia, salah satu mahasiswi prguruan tinggi disini yg sedang mencari sumbangan untuk membantu korban bencana di banjarnegara.
Aku utarakan maksudku menghampiri dia dan aku ceritakan maksudku. jawaban ringan yg sempat membuatku naik darah "Ini untuk Sodara kita di banjarnegara mas bukan untuk jogja" dan ini cuplikan dialog saya dengan mahasiswa tersebut.

Mahasiswi (A) ; Ini untuk Sodara kita di banjarnegara mas bukan untuk jogja
Saya (G) ; tapi saya dengar tadi mba bilang kalo ini gerakan membantu sesama? Sesama itu sesama yg gimana mba? Apa mbanya buta? Apa mbanya gak tau malu? Meminta dan mengumpulkan dana untuk diberikan ke korban korban bencana alam sedangkan di hadapan mba sendiri ada yg menangis kelaparan?
(A) ; (memanggil beberapa teman temannya)

Saya di ajak bicara di pinggir jalan oleh beberapa teman dari si A. Mereka menjelaskan panjang lebar tentang gerakan mereka membantu banjarnegara dan mereka menuduh saya menghambat mereka dan saya tidak punya rasa tenggangrasa terhadap korban bencana di banjarnegara.

Saya mencari kertas dan bolpoin dari dalam tas dan saya catat lengkap nama,nomor tlp, tempat tinggal dan di bawahnya saya tulis alamat blog ini lalu saya berikan pada Aprillia.

Sebelum pergi saya berjalan ke tengah perempatan dan berteriak tentang arti dari menolong sesama. Saya tak peduli para pengendara itu mendengar atau tidak yg penting saya disini menjelaskan bahwa ketika kita bebondong bondong memberi bantuan pada korban bencana alam seketika itulah ada seorang ibu yg sedang kelaparan dan membutuhkan bantuan dan beliau di depan mata kita. Aku juga jelaskan kalau beliau ini bukan pengemis tapi memiliki profesi. Ibu ini pedagang bukan pengemis. Apa karna ibu ini bukan korban dari bencana alam lantas beliau tak pantas mendapat sumbangan.

Setelah melampiaskan semuanya saya kembali menghampiri ibu tadi dan memohon pamit. Sesampainya di kos saya langsung ambil uang dan pergi membeli 2 bungkus nasi untuk diantar ke ibu tadi.
Mahasiswa tadi sudah tak nampak di sana lagi. Ibu itu masih duduk menjaga barang dagangannya. Aku mengajaknya makan bersama. Sembari bercerita kesana kemari dan tak terasa waktu semakin berlalu. Aku pamit pergi.

Mba Aprillia jika anda baca tulisan ini tolong pergi ke perpustakaan di kampus anda dan pelajari arti kata sesama. Perlu anda ketahui ibu itu sampai bilang kalau boleh dia memohon pada sang pencipta, dia ingin jadi korban bencana juga agar diperhatikan. Apa perlu menunggu menjadi korban bencana alam untuk mendapat sumbangan dari mba Aprillia dan teman Teman?

Kejadian ini di perempatan jetis jalan monjali. Dimalam itu bliau ada di sebelah selatan perempatan dan kadang berpindah pindah sesuai keadaan. Jika anda menemui ibu ibu yg berjualan minuman dengan tempat seadanya. Itulah beliau. Belilah, minumlah walau anda tak merasa haus sama sekali.

Thursday, December 18, 2014

Selembar Kertas Buram dan Sebuah Pena Hitam

Sebuah senja mengantar langkah sepasang kaki lelah.
Berjalan melangkah meniti rerumputan berduri.
Beberapa rintik air sisa sisa derasnya hujan mengiringi ratapan.
Selembar kertas tergenggam erat dalam cengkraman penat.

Selamat sore Alana.
Ketika aku mulai duduk dan mengingatmu kembali, seketika itu penaku tak mau berhenti bergerak.

Alana, selembar kertas ini tak tahu kenapa aku tulis.
Alana, selembar kertas ini tlah ternoda oleh sebuah pena penuh rasa.
Alana, selembar kertas ini adalah deretan apa yg aku rasa.

Sesekali aku manatap ke awan dan beberapa titik air memansaku tuk terpejam. Alana, segelap inikah jalan yg harus ku tempuh?

Terhenti langkah manatap pasrah.
Kaleng, kertas dan sisa sisa bungkus makanan ringan menyapa pandanganku yg kian terpaku.
Alana, kutitipkan selembar kertas ini bersama mereka. Seluruh sampah ini menjadi saksi selembar kertas penuh noda yg ku sebut perasaan.

Selamat tinggal Alana. Seperti katamu, tlah kutempatkan perasaanku di tempat yg semestinya hingga kertas buramku tlah terganti kertas putih bersih yg layak tuk ku tempatkan di hatimu.

Alana aku mencintaimu.

Thursday, December 11, 2014

Kertas (opening)

"Aku punya mimpi sejak bertahun tahun lalu. Aku ingin berdiri di depanmu, menyaksikan senyummu tanpa ragu"

Sudah lewat 30 menit sejak tengah malam, deru gerimis yg memecah keheningan malam tak mampu membuatku terlelap. sudah bertahun tahun, pikirku. Ini sudah cukup lama, sadarku. Tapi masih saja tak tergapai. Dalam hidupku, tiada malam ku lewatkan tanpa memohon dan meminta kemudahan jalan. Dalam hidupku, tiada kulewatkan sedetakpun jantungku tanpa iringan namamu.
Mungkin Tuhan berakata "Belum waktumu". Sekilas aku termenung mengoreksi diri. Kuraih beberpa kertas dan aku mulai menuliis daftar. Daftar segala keperluan tuk berdiri di depanmu.
Aku harus berjuang lebih keras tuk menggapaimu. Jika aku terua berjalan seperti ini ntah berapa tahun lagi aku bisa berada di depanmu. Mungkin saja ketika itu aku berhasil berdiri di depanmu dan seseorang tlah berdiri disampingmu memegangmu erat.