March 2013 ~ pratamagta

Sunday, March 24, 2013

Untukmu yang sedang Berduka karena cinta


Dimanapun kau berada.
sahabatmu yang tak pernah kau sadari keberadaannya.



“Branjak pergi menemui segala sesuatu yang sering kita sebut masalah bukan berarti kita akan menjauh dari masalah. Ketika beranjak dewasa nanti, akan ada beberapa masalah yang menampar kita sampai jauh ke dalam pikiran kita, memaksa kita bertindak sesuai dengan logikan dan mencoba berdiri menantangnya”--KG

Benar saja dan aku membenarkan kalimat itu. Sejenak berkaca pada diri di sela sela kesibukan pikiran meniti hari dan akan ada masa dimana kita berpikir  siang tak seindah dulu dan malam lebih memberikan warna. Memandang sendu langit malam adalah hak setiap insan, tak ada yang bisa membatasi hal itu kecuali kita sadar bahwa ketika kita tengah merintih dan memandangi langit malam yang terlihat sendu di mata kita. Ada segelintir orang yang sedang berusaha menantang sendunya langit malam. Berdiri tegak dan melangkah dengan pasti. Masalah di hidup ini bukan saja untuk kita nikmati kepedihannya dan menjatuhkan kita ke kegelapan yang membawa kita berpikir bahwa setelah kegelapan ini pasti akan muncul berjuta warna di hidup kita namun dalam penerapannya itu hanya ada di pikiran kita. Tanpa melakukan apapun kecuali merenung kita tak akan mendapatkan pelangi yang indah dari hidup kita. Sekarang berdiri, bukan waktunya tuk istirahat lagi. Berhentilah menikmati kepedihan hati. Ini hidup kita dan kitalah yang mampu membuatnya indah.
Silahkan berdusta pada diri dan berkata tak kan ada lagi yang peduli. Silahkan bergelut dengan perasaan yang semakin lama semakin menusuk itu. Silahkan saja diam dan berdiam diri menikmati atsmosfer kamar yang kian panas menyaksikan pembicaraanmu dengan dinding kamar. Tak ada yang bisa melarangmu tentang hal ini karna sekali lagi aku katakan bahwa ini hidupmu. Tapi pikirkanlah tentang keindahan yang ada di luar sana. Sadarlah bahwa ribuan bintang bertaburan di langit mu yang kau anggap kelam ini. Mereka berbondong bondong bersatu meski mereka tahu hanya dapat memberikan sedikit cahaya padamu tapi perjuangan mereka tuk menyinari mu lebih dari apa yang bisa kau bayangkan. Coba melangkah keluar kamar, coba berjalan di tengah kesunyian, cobalah sekali saja kau hadapkan paras ke lagit. Disana kau kan dapati senyuman dari orang orang yang menantikan senyumanmu lagi.
Pergilah ke tanah lapang. Berteriaklah sekeras kau mau tapi jangan rendahkan dirimu karena sesuatu. Pergilah ke taman bunga dan tengoklah kemanapun kau mau tapi jangan pernah salahkan mereka jika mereka lebih indah dari mu. Rumput tak seindah tulip dan aku yakin kau pernah menginjaknya. Sekarang pergilah mendekati tulip dan coba injak dia. Seketika keindahannya tak berbekas lagi tak seperti rumput.
Aku pernah berjalan melewati taman mawar dan melihat seorang anak memetik setangkai mawar. Tapi setelah itu pohon tak mengemis ngemis minta setangkai bunga terindahnya itu di kembalikan lagi. Karna dia yakin suatu saat nanti dia mampu memperlihatkan pada dunia. Memberi tahukan pada dunia bahwa dia memiliki satu tangkai lagi bunga mawar yang indah lagi meskipun tak dapat dia lakukan dalam waktu singkat tapi keyakinannya itu mampu membuatnya bertahan melalui hari hari demi munculnya bunga mawar yang lebih indah dari yang terpetik itu. Bayangkan jika saat itu dia hanya bisa merenungi nasibnya. Jangankan matahari, manusia pun tak kan lagi sudi melihatnya.
Belajarlah dari matahari. Meski dia sangat mencintai bumi pertiwi ini tapi ketika dating gelap dia ikhlas membiarkan rembulan menerangi bumi pertiwi meski dia tahu bahwa sebenarnya rembulan tak mampu memancarkan sinar sendiri.

“untuk apa kau mengemis ngemis pada orang yang telah telak menyakitimu? Bukankah kau seharusnya sadar bahwa ini petunjuk dari tuhanmu bahwa dia tak sebaik yang selama ini kau pikirkan? Untuk apa kau menangis dan memohon dia untuk kembali, bukankah kau ini masih punya harga diri? Bukan seperti ini arti perjuangan cinta!!”--pratamanovelis

Tulisan ini telah terbit secara online di KOMPASIANA silahkan klik DISINI 

Friday, March 22, 2013

You Know Tik, That I Love U (Revisi)


Selamat sore bro, kali ini ane gak munculin ide ato cerita baru bro karna ini cerita lama yang udah sering ane upload dan beberapa tahun yang lalu pernah nyampah dimana mana. Dalam kesempatan ini ane hanya merevisi sedikit saja cerpen yang pernah ane upload pada tanggal 9 november  2008 dan tanggal 17 january 2009 yang lalu. Cerpen ini udah nyampah dimana mana tapi sore ini ane gak tau kenapa jadi pengen ngrevisi ni cerpen lagi. Ini berdasarkan kejadian nyata masa masa SMK bro waktu ane belum jadi cowok dari cewek tokoh utama di cerpen ini bro dan sekarang dia udah bahagia, dia sudah berkeluarga dan memiliki satu anak yang lucu. Bukan bukan bukan, bukan dengan ane bro tapi dengan temen kuliah ane di STT Telematika Telkom Purwokerto. Gpp bro namanya juga hidup. Meski sampe sekarang ane belum nengokin dia lagi tapi dalam hati ane berdoa semoga kalo udah besar nanti anaknya itu gak berteman dengan anak ane . AAMIIN..
Selamat membaca n thanks ya bro dan mampir ke sini
……………………………………..

Langkah kakiku kian berat menjejak, dan kusadari betapa letihnya aku. Seharian mengurusi majalah sekolah, betul-betul memeras seluruh energiku. Rasanya sekarang aku hanya ingin cepat sampai di kos, melempar diri ke atas ranjang, lalu tidur terlelap sampai besok pagi.  Masih ada tiga hari penuh keringat dan air mata yang menanti, namun sekujur badanku sudah mulai menjerit-jerit kelelahan. Dan bagaimana bisa si ketua OSIS ceroboh menyebalkan itu masih tega menyerahkan segala tanggung jawab mengurusi penerbitan majalah sekolah nanti kepadaku? Andai saja si bodoh itu punya sedikit saja tempat lebih di otak lemahnya untuk bisa peduli pada penderitaan bawahan tertindas. Fiuh. Apalah. Yang penting hari ini sudah selesai, dan aku akhirnya bisa pulang. Biarlah masalah itu kupikirkan lagi besok.
Dengan gontai kuseberangi lantai 1 gedung sekolah ku dengan tas ransel favoritku menggantung berat di pundak kanan, mencoba mengusir denyut-denyut mengganggu yang mulai menyerang kepalaku. Keremangan suasana yang familier menyapa penglihatanku. Sudah sore juga rupanya. Selama rapat evaluasi sekaligus beres-beres tadi aku tidak begitu memperhatikan waktu. Kulihat bayangan wajahku membias di salah satu kaca kelas. ya ampun, aku terlihat berantakan. Rambutku awut-awutan, mukaku pucat, dan ada bulatan hitam menggantung semu di bawah dua mataku. Aduh. Sudah pusing, capek, jelek, lapar pula. Kusadari aku belum makan apa-apa sejak pagi. Sial. Lebih baik aku bergegas pulang sebelum maag-ku kambuh.
Melewati ruang osis yang berdiri tegak tepat di samping ruang UKS, sempat kupejamkan mata ketika semilir angin sore lembut menerpa wajahku. Aku selalu suka hembusan angin yang sesekali lewat di daerah itu, entah mengapa. Dan saat kembali kubuka mata, menatap jauh ke belakang, aku terhenti.
Dia. Terduduk diam sendirian di tengah tangga yang menuju ke lantai 3 (Terlihat dari depan ruang osis). Berpangku tangan, masih dengan seragam sekolahnya, ditemani ransel hitam tua di sisi kirinya.
Tatapanku terkunci pada wajahnya yang menawan, sementara aku melangkah kearahnya dan kembali menaiki tangga menuju ke lantai 2 bagai tertarik kuat oleh medan magnet tak terlihat. After all this time, aku masih tak bisa menolak pesonanya, yang membuatku tak berdaya. Kesederhanaannya. Begitu tulus, begitu bersahaja.

Aneh. Kenapa dia belum juga pulang?

Dan lidah ini terasa begitu kelu, saat dengan suara bergetar kucoba untuk menyapanya.
“H-hey…”

Hupp. Ia mendongak. Mataku menemui rautnya yang menawan. Rambut pendek acak-acakan. Alis tebal yang menaungi sepasang mata cokelat tetutup kaca mata putih. Hidung mancung. Bibir bersemu merah muda, merekah sempurna. Dan kulit yang cokelat, terbakar matahari. Sebuah senyum manis kontan melengkapi segala keindahan itu saat ia mengenaliku.

“Hey, kak” ia balas menyapa, ragu.

“Belum pulang?” tanyaku, mencoba terlihat kalem. Meski dalam hati aku setengah mati ingin langsung menerjang dan memeluknya erat-erat.

Ia tertawa kecil sembari menggaruk-garuk belakang kepalanya, salah tingkah. “Aku… eh, lupa bawa kunci kos,kak” ucapnya, menghindari tatapan mataku.
Aku ikut tertawa. Kuambil posisi duduk di sebelah kanannya. Aku ?”


Dahinya berkerut. “Ha?”


“Iya.aku.” Kuangkat alisku, menggodanya. “Well, don’t you mean ‘aku’?”


Ia mendengus, mengangkat bahu. “kakak yang bilang kita harus jaga jarak di sini,” ucapnya sambil merengut. Duh, lucunya.

“Iya, tapi kan kalo lagi ada orang aja,” jawabku ringan. “Sekarang kan kita sendirian, nggak apa-apa. Lagian nggak enak, kaku-kakuan sama aku. Pake manggil ‘kakak’ segala lagi. Aneh banget rasanya.”



Kembali ia tergelak seraya mengangguk, walau kubaca masih ada sedikit ragu bercampur cemas membekas di wajahnya.


Diam. Kuarahkan pandang ke depan, menyapu area gedung lab kompuer yang hampir kosong dihadapanku. Hanya ada beberapa mobil yang kukenali sebagai kendaraan dinas sekolah masih terparkir di samping aula yang terletak tak jauh pun terlihat sepi, tak seperti biasa; Suasana sekolah yang biasanya sibuk terasa amat sunyi di sore hari. Aneh. Tetapi damai.

“Kata teman-temanku, kakak hari ini galak.”


Spontan aku menoleh, menatapnya yang sedang tersenyum nakal dengan pandangan lurus ke depan. Kukerutkan dahi. “Galak? Galak apanya?”


Ia mengangkat bahu. “Nggak tau. Anak – anak Exist cuma bilang, hari ini kamu lain. Murung terus, jarang senyum, jarang ngomong. Kalau ditanya juga jawabnya sinis. Padahal kemarin kan kakak ramah banget sama semuanya.”

Bayangan wajah si ketua OSIS sialan langsung berkelebat di pikiranku, dan aku pun tersenyum. “Oh, mungkin karena aku lagi sebel sama seseorang kali ya,” ucapku.


“Ha?” Ia tampak kaget. “Sama siapa kak? Bu-bukan sama aku, kan kak?”


“Bukan, bukan sama kamu kok,” Kuhela napas panjang. “Ada yang ngasih aku kerjaan tambahan pagi ini, dan aku bingung aja bagaimana cara ngerjainnya.”


“Oh.” Dianggukkannya kepala, lega. “Padahal menurut aku, kakak lebih lucu kalau lagi senyum.”


Kudorong bahunya. “Gombal.”


“I’m only being honest here, sweetheart.”


“Whatever. Tetap saja terdengar gombal.”


“Ih.” Rautnya berubah cemberut. “Dibaik-baikin malah ngeledek. Ya udah. Terserah kakak.”


Aku mendelik ke arahnya.


“Siapa yang ngeledek, kakak ?!!”


“Itu, barusan…” Dipasangnya tampang merajuk. “Ternyata bener. Hari ini kakak galak.”

Kembali diam. Beberapa orang berbaju bebas tak dikenal berjalan melewatiku naik ke lantai 3. Tentu saja mereka terrhambat sejenak, dicegat sekaligus ditanya-tanya ketus oleh si satpam menyebalkan yang senantiasa menjaga sekolah ini


Sebuah tawa kecil tak tertahan menyelip keluar dari bibirku. Membuatnya menoleh. “What’s so funny?”


“Tuh, si satpam kepo beraksi lagi,” bisikku.


Ia menoleh ke belakang, melihat orang-orang berbaju bebas tadi sedang adu mulut dengan si satpam. “Whoa. Apa setiap orang yang mau masuk ke dalam gedung sekolah harus melewati tahap itu?” Digelengkannya kepala. “Hari ini udah empat kali aku lihat ada orang nggak dikasih masuk sama dia. Benar-benar sekolah yang aneh.”


“Exactly. Welcome to my world,” Kembali kuhembuskan napas panjang. “I hate to break this to you, honey, tapi kayaknya kamu memilih sekolah yang salah.”


“Mungkin.” Ia mengorek tasnya, mengeluarkan sesuatu yang ternyata adalah sebatang cokelat. Diberikannya cokelat itu padaku yang hanya menatapnya tak mengerti.


“Nih makan, kakak pasti lapar,” ujarnya.


Kuterima cokelat itu dengan bingung. “Kamu… Kok tahu aku lapar?”


Ia tersenyum. “Aku tahu kakak sibuk banget hari ini. Karena sibuk, pasti kakak belum sempat benar-benar makan. Aku kan nyoba kenal kakak.”


Kutatap wajahnya. Ada kelembutan di sana, yang kian menggetarkanku, meluluhkanku.


“Thanks…” desahku akhirnya, terharu.


“Anytime. Janji ya, besok walaupun sibuk kakak tetap harus ingat makan.”


“Uhm… Iya, janji.”


Sembari sibuk mengunyah cokelat, sembunyi-sembunyi kucuri pandang ke arahnya, yang masih terduduk manis di sisi kiriku. childish sekaligus matang. Seakan jejak-jejak kekanakan masih enggan meninggalkannya, walaupun kini ia sudah bisa dibilang beranjak dewasa. Angin sore yang masih bersemilir sesekali mengacak-acak rambutnya, mengibarkan ujung kerahnya. Sebuah pemandangan indah yang menggetarkan.


Ah. Jika memang benar ada sesuatu yang bisa dibilang sempurna di seluruh semesta, bolehkah aku menyatakan bahwa dialah kesempurnaan itu? Karena segala hal yang dimilikinya terlihat begitu tak bercela di hadapanku. Manis. Lugu. Irresistible. Charming. Dan bercahaya. Bersinar terang bagai sejuta bintang di langit malam. Mendamaikan hati bak derasnya rinai hujan.


Aku masih ingat sapaan pertamanya di lorong sekolah,tepatnya di lantai 2 di depan T 2.4. dia datang bersama hanif temannya untuk menemuiku karna dia baru saja tergabung dalam organisasi yang aku pimpin. Sapaan yang dipenuhi suara yang bergetar dan sejuta senyum canggung. Pandangan kami bertemu, dan sejak saat itulah kurasakan reaksi kimia yang berhasil memercikkan bara cinta antara aku dan dia. Nyala api yang tak padam oleh waktu, namun malah mematangkan esensi. Bukankah itu yang semua orang cari?
Sekarang, saat deru jalannya masa telah lewat berlari cepat, meninggalkan jejak kabur bernama memori, kisah cinta itu masih saja indah bersemi. Hampir tiga putarran musim cerita ini kutulis bersama-samanya. Dan apakah aku bahagia? Ya. Tentu saja.

Seperti saat ini, ketika kuhabiskan soreku duduk berdua dengannya di tangga sekolah, menikmati sepoi angin dan lembutnya cahaya matahari yang menerangi.


Tiba-tiba, dalam keheningan yang terjaga baik selama beberapa menit tadi, digenggamnya tanganku.


“Aku senang hari ini,” ucapnya lirih, tulus. “Makasih, ya kak.”


“Ha?” Kutolehkan kepalaku, bingung. “Senang? Senang kenapa?”


“Karena kakak,” jawabnya.


Aku semakin tak mengerti. “Kenapa karena aku? Aku nggak ngapa-ngapain hari ini. Malah tadi kamu bilang aku hostile. Galak. Whatever. Kenapa karena aku?”

Ia menghela napas. Kembali dirogohnya ransel birunya, mengeluarkan buku catatan harian wajib yang setiap rapat Exist harus diisinya.. Dibolak-baliknya halaman demi halaman buku catatan harian bersampul hijau tersebut, menemukan sesuatu, lalu diberikannya buku itu kepadaku, masih dalam keadaan terbuka.

“Karena ini,kak” ujarnya lagi, kembali tersenyum, menyuruhku membaca.

Kuterima buku itu. Kulihat halaman yang membuka. Dan aku tersadar.

Tadi siang, di rapat yang membosankan, aku sempat iseng membuka-buka catatan harian para anggota Exist yang aku pimpin. Dan dalam catatan miliknya, di salah satu halaman tengah yang masih kosong, kutulisi beberapa baris penggalan lirik sebuah lagu kenangan berdua. Selalu Denganmu, dari Tompi. Lengkap dengan sebuah smiley imut di pojok kanan, dan deretan huruf ‘ILU’ yang kuukir manis tepat di sebelahnya. Tanpa sadar, aku tersenyum. Aku bahkan lupa kalau aku menulis ini tadi siang; mungkin aku terlalu bosan sekaligus fed up dengan si ketua OSIS terkutuk untuk dapat memfokuskan pikiran.

Kuangkat wajahku, menemui parasnya yang sedang sumringah. Kuangkat alisku, sembari menghela napas panjang, saat sepasang sorot cokelat itu mengunci mataku dalam sebuah tatapan manis, penuh arti.

Aku mencintainya.


Aku sungguh mencintainya.


Aku mencintainya seperti sang rembulan mencintai malam. Seperti matahari mencintai teriknya siang. Aku mencintainya selembut daun-daun kemerahan yang jatuh menumpuk di musim gugur. Sedamai suara debur ombak yang menyapa pasir di garis pantai. Seteguh pohon beringin yang tak bergeming tertiup angin. Seindah titik-titik hujan malam yang turun membasahi tanah.


Dan saat ia berdiri, meraih ransel, lalu berbalik menatapku, waktu seakan tersangkut dan berhenti.

“Kamu… Mau kemana?” tanyaku tergagap, tidak siap dengan gesturnya barusan.

Perlahan, diangkatnya bahu. “Where else? Aku mau pulang,kak” ucapnya. “Udah sore, aku mau istirahat.”

“Tapi, tadi katanya kamu lupa bawa kunci…”


Ia tergelak, mukanya memerah. “Aku… Aku tadi bohong ma kakak,” desahnya. “Aku cuma mau nungguin kakak pulang, biar bisa ngobrol sama kakak, sebentar, di sini.”


“Ha?” Aku seperti kehilangan kata-kata mendengar kalimatnya. Hatiku diterpa gelombang ketrenyuhan yang amat sangat; aku hanya bisa memandangnya, lembut bercampur haru, sembari tersenyum tulus.

Sebuah tawa kecil pun terselip keluar dari bibirnya. “Sudah ya kak, aku pulang dulu.”

Kusaksikan sosoknya berjalan gontai menuruni tangga, membiarkanku terus terdiam terpaku pada punggungnya selagi ia melangkah. Diiringi tiupan angin sore yang menerbangkan ujung kemejanya, menyisir jejak rambutnya, membingkainya dalam satu lagi momen sempurna.


Mengapakah aura itu selalu saja berhasil menghipnotisku, menjadikanku diam tak berdaya di hadapan pesona dirinya?

Mengapakah kehadirannya selalu sanggup menghapus segala keluhkesahku dan membuatku kembali bahagia?


Aku pun tak kuat menahan godaan untuk berteriak memanggilnya sekali lagi. “Hey!”

Ia langsung berbalik, bingung. “Apa kak?”

“Sampai ketemu besok!” seruku lantang, mengatupkan kedua tangan membentuk corong di sekeliling mulutku sembari tertawa lebar. “Jangan sampai telat lagi ya!”

Tulus, ia ikut tertawa. Memandangku sekali lagi, mengatakan sejuta kata tanpa perlu mengutarakannya dengan barisan kata-kata. Hanya dalam benak saja.



“Iya! Jangan khawatir, sayang…”


…Kaulah matahari dalam hidupku
Dan kaulah cahaya bulan di malamku
Hadirmu s’lalu akan kutunggu
Cintamu s’lalu akan kurindu
Selalu denganmu… Kasihku, slamanya
Selalu denganmu… Cintaku, bersama…
Tahukah kau diriku tak sanggup hidup bila kau jauh dariku?
Kuingin dipelukmu, s’lalu…

Monday, March 18, 2013

Kisah ini



Bilamana sepi menyapu kalbu
Saat dingin merasuk jiwa
Ketika hati tak ingin lagi sendu
Berpikir tentang kehangatan cinta

Akan ada kisah tentang rasa
Akan ada perjalanan dalam nyata
Dalam gelap aku tertawa
Menyimpan sendu hati merana

Demi langit yang mulai memudar
Kisah ini kan ku buat seindah langit pagi
Demi bumi yang masih berputar
Kan ku jadikan kisah ini kisah semanis senyum bidadari

Berdoa tentang diri saat Melintasi sepi
Berjalan menepi meniti sepi
Semoga diri ini kan ada yang menemani
Ketika berjalan lagi meniti sepi

"jika aku di percaya Tuhan tuk menjaga hati, kan ku jaga dan ku bawa dia dalam kisah kasih yang lebih indah dari kisah kisah yang pernah aku tulis"
Puisi Ini telah di Publikasikan di KOMPASIANA. KLIK DISINI untuk melihatnya 

Saturday, March 16, 2013

WARNET bro bukan WARSEX

selamat pagi putra putri bangsa. dimanapun kalian berada, kalian wajib tahu kalau hari ini adalah hari yang sangat bersejarah dalam hidup ane. untuk itu ane pikir hari ini perlu di catat dengan tinta tebal di buku rahasia yang ane belum beli. Bukan karna hari ini adalah hari sabtu dan mang kardi gak jualan bubur ayam lagi tapi ini adalah hari dimana untuk pertama kalinya setelah sekian tahun, akhirnya ane main ke warnet. udah hilang dari ingatan ane kapan terakhir kali ane main ke warnet, mungkin jaman ane masih smk atau awal awal masuk kuliah.. uugghh bisa meledak otak ane kalau ,ikirin hal hal itu lagi.
hari ini memang hari yang baik. hari dimana akhirnya ane mampu bangun pagi pagi buta gini untuk melakukan aktifitas selain guling guling di kasur sambil menggigau gak karuan. pagi ini ane beranjak pergi ke warnet bro. pagi pagi banget. seinget ane si tadi jam setengah delapan ane keluar dari kos dan itu udah termasuk pagi banget buat ane. tentu beda kalo di bandingin pada masa masa sekolah dulu yang kalo bangun jam 7 kurang 10 menit aja rasanya udah paling hina di kelas dan malu buat masuk kelas. heem masa masa indah. tapi disini ane gak mau bahasa masalah itu bro. judulnya aja udah sangar "WARNET bro bukan WARSEX" masa isinya cuma bahasa masa masa sekolah.
oke, langsung saja ke intinya. berhubung ane dah lama banget gak ke warnet efeknya adalah ane lupa dimana saja di ko0ta ini yang ada warnetnya. tapi samar samar ane sempet inget warnet warnet yang dulu sering ane tongkrongin siang malem buat main friendster. jadi ane putusin buat pergi kesana lagi sekalian mengenang momen momen indah jaman ingusan dulu.
warnet pertama yang ane datangi adalah warnet deket kos lama ane yang jaman dulu warnet itu pernah membius ane sampai akhirnya ane berpikir kalau warnet juga merupakan tempat tidur yang nyaman dan menyenangkan meski tanpa bantal.sesampainya ane disana ternyata tuh warnet udah gulung tikar bro.. ane gak tau apa alasannya atau pindah kemana yang jelas disana cuma ada bapak bapak lusuh yang duduk bersandar di karung agak besar. ane curiga jangan jangan bapak bapak itu pemilik warnetnya dan di dalem karung itu sisa sisa mouse, keyboard, LCD dan lain lain yang masih dia bisa selamatkan. akhirnya ane tinggalin bapak bapak tadi tanpa bertanya apapun terhadap beliau karna takut menyakiti hatinya. haaomm hal yang sama juga terjadi pada warnet ke dua dan ke tiga yang ane datangi sampai akhirnya ane menemukan warnet ini. ini warnet ke empat yang aku lihat di hari ini dan ini merupakan warnet pertama yang aku masuki setelah beberapa tahun belakangan ini.
setelah beberapa menit berdiri di depan untuk memawstikan ini benar benar warnet akhirnya ane masuk bro. itu yang namanya pintu setelah ane buka tiba tiba aja ane curiga kalo ini bukan warnet tapi negri khayangan bro. busyet dinginnya melebihi udara di dalem lab kampus ane bro dan yang lebih meyakinkan kalo ini adalah negri kayangan adalah sesosok bidadari yang duduk di kursi operatornya. itu pandangan langsung melayang dan tiba tiba aja ane yakin kalo itu bukan kursi tapi singgasana kerajaan dan dia pasti ratu negri kayangannya tapi ane gak liat sayap di punggungnya. ini aneh.
sekarang anae udah duduk di salah satu bilik di warnet tersebut, kenapa cerita ini ane potong dan gak ane terusin? itu karna ane takut ketahuan kalo tadi ane sempet godain tuh penjaga warnet. hhahahaha. oke kembali lagi, ane udah ada di dalam bilik warnet bro. dan akhirnya ane memulai pencarian ane tentang "packet data convergence protocol pdcp" . bukan bro, itu bukan jenis makanan. baru beberapa menit ane mulai mencari materi tentang packet data convergence protocol pdcp tiba tiba saja secara random ane denger suara desahan dari bilik sebelah. ane yakin banget ini suara desahan karna ane tau suara kucing tu suaranya gak kayak gini. beberapa kali ane coba cuek terhadap suara suara aneh itu tapi semakin lama semakin terdengar jelas dan itu membuat posisi duduk ane tiba tiba gak nyaman bro. dan ane jadi ragu kalo ini warnet. demi memenuhi rasa penasaran yang ada di benak ane akhirnya ane putusin buat tanya ke ratu khayangan tadi.dan dia meyakinkan ane kalo ini warnet bro. dia bilang gini nih "ini warnet kok mas, kalo ini warteg ya pasti saya udah nawarin nasi mas dari tadi"
ane kembali lagi ke bilik ane bro dan suara suara itu masih aja ada. saking penasarannya akhirnya ane nyalain wabcam di pc ane dan ane taruh di cpu ane beruntung cpu ane ada di atas coba kalo di bawah? hhehehe  setelah ane geser geser beberapa kali sampe ane nemu sudut pengambilan gambar yang menurut ane pas akhirnya terlihat jelas apa yang sedang di lakukan di bilik sebelah. meskipun gambarnya agak patah patah tapi masih terlihat jelas. anak SMA bro, bukannya ini jam sekolah ya? udah lah gak usah di pikir. ane tau itu anak SMA karna ane lihat baju seragam yang di cantolon di belakang kursi, gak usah tanya ya kenapa bajunya di cantolon situ. n perlu mas bro dan mbak bro tahu, selama ane nulis ini ane sambil lihat tu anak SMA memadu kasih.dan sekarang konsentrasi ane buat lanjutin cari metri buat tugas ane buyar total..
andai leptop ane gak rusak pasti sekarang ini ane lagi tenang di kamar sambil mengerjakan apa yang seharusnya ane kerjakan..

Ingat bro... warnet itu bukan tempat menambah dosa bro tapi warnet itu jendela menuju dunia yang cerdas.
Tulisan ini Telah di publikasikan di KOMPASIANA silahkan LIHAT DISINI 

Wednesday, March 6, 2013

Laksana Lilin


dalam diam aku bertindak
dalam diam berusaha pancarkan sinar
keheningan beku tak mampu menghalang
setiap cercah sinar harapan yang terpancar

kini gelap semakin berkuasa
senyum itu mulai pudar di telan malam
masih ada sisa dalam hidup
masih bertahan untuk selalu ada

diam dan pikirkan,
ketika kau biarkan semuanya mengair tanpa usaha,
bersiaplah menjadi masa lalu.

malam semakin larut
semua kata mulai surut
kehangatan tak nampak

sekeras apapun aku berjuang
cahayaku semakin redup
kupiarkan tubuhku terbakar dan berlalu
ku biarkan kau mendapat cahaya baru

sekeras apapun lilin berusaha bertahan menyinari senyummu, suatu saat pasti dia akan membiarkan cahaya lain menerangimu karna keadaan.

 Puisi Ini telah di Publikasikan di KOMPASIANA. KLIK DISINI untuk melihatnya 

Monday, March 4, 2013

Muara Kita Sama

untuk semua teman teman ku di STT Telematika Telkom Purwokerto '09

Dentum waktu menghantam setiap detiknya
mengingatkan kita tentang menit menit mulai berlalu
menjelma menjadi beberapa jam dan menyadarkan kita akan makna
hari hari yang kian menghujani kita tanpa ampun

laksana air kita mengarungi sungai bersama sama
tak peduli dari mana asal kita, tak peduli
bersama sama menerjang bebatuan
arus kita semakin deras dan menderas

beberapa dari kita mendapat takdir berbeda sebelum muara
beberapa ember terangkat dari aliran
tak peduli dimana kalian sekarang
karna kita pernah berada di sungai yang sama

kini muara di depan mata.
laut tlah menanti perjuangan kita
mari kita hantam kerasnya bebatuan itu
tak peduli darimana kita mengalir, karna muara kita sama.

bersama kita akan bersuka cita
bersama kita akan banggakan orang tua

kita tak akan keruh
kita akan menantang rintang dan bergemuruh
karna muara itulah kita akan bersungguh sungguh








Sunday, March 3, 2013

Bakar ikan Bro #GAGAL


Hari ini hari minggu tanggal 3 Maret 2013. Secara alami ini adalah tanggal muda, yeaah awal bulan dan hari bahagia bagi beberapa orang tapi tidak untukku. Bagiku ini adalah tanggal 31 february, tepat sekali. Tanggal yang sudah terlanjur tua karna kiriman dari ortu belum juga kunjung datang. Tapi santai bro karna disini aku gak bakalan ceritain masa masa sedih belum dapet kiriman karna disini aku mau berbagi cerita yang baru saja aku alami. Tepatnya beberapa jam yang lalu ketika salah satu teman kami pulang memancing dan akhirnya kami memutuskan untuk membakar ikan hasil pancingannya tersebut. Itulah alasannya tadi ketika hari masih hujan dan kami bela belain muter muter kota satria ini guna membelu arang dan perlengkapan lain untuk memulai ide kami itu.
                Semuanya telah di persiapkan dari cabai yang sudah di potong2, ikan yang sudah siap di bakar pokoknya semuanya sudah siap sob, tinggal apinya saja yang dari tadi benar2 membuat kami kehilangan kesabaran tapi karna kami terlanjur kreatif akhirnya salah satu dari kami memberikan ide untuk mengambil bensin di salah satu motor yang ada di kos kami. Ntah apa yang terjadi yang aku tau teman kami itu menyedot bensin itu dengan mulutnya dan menaruh nya di plastik. Buusssyyyeeett itu angker banget bro. Bensin itu kami gunakan dan jangan tanya gimana hasilnya bro. GAGAL TOTAL. Api tak kunjung nyala. Lembaran lembaran kertas mulai kami kumpulkan dan ternyata masih gagal juga sampai akhirnya kami berkeliling purwokerto untuk mencari spirtus. Sepengetahuan kami, spirtus itu bisa membuat api menyala lebih besar. Kami menjelajahi kota ini dan gagal menemukan spirtus tersebut dan entah setan apa yang merasuki kami sampai pada akhirnya kami tertarik untuk masuk ke Apotik dan membeli Alkohol 70%. Teori yang kami tahu hanya “segala sesuatu yang harus di jauhkan dari api dan suhu tinggi memiliki arti mudah terbakar” dan aku melihat tulisan “jauhkan dari api” di belakang alkohol tersebut. Cerdas kan?
                Dengan berbekal sebotol alkohol kami memulai lagi perjuangan kami menyalakan api. Alkoholnya menyala bung dan teory kami berhasil tapi akhirnya mati lagi. Sumpa jangan coba ini di rumah. Jangan sekali kali kamu bakar alkohol dan jangan pernah tanya kenapa.
                Ini sudah berjam jam dan semua sudah kami lakukan dari bensin, kertas, alkohol sampai teman kami berjuang tengah malam masuk kuburan dekat kos hanya untuk mencari kayu bakar. Busyeet .. demi bro demi... singkat kata kami berhasil menyalakan api tapi sesuatu yang buruk mulai terjadi. Kos kami di penuhi asap. Oh iya aku lupa critakan tempat kejadian perkaranya ya bro? Kami bakar bakaran di dalem kos bro tepat di depan kamar mandi di bawah jemuran dan itu yang namanya asap udah bikin kita berasa kos di negri kayangan bro. Dimana gadis gadis cantik beterbangan dan senyum ke arahku.. wah wah wah... dan asal kalian tau aja ya, ketika aku tulis ini, sekelilingku masih di penuhi asap. Kehidupan ini pedih bro. Pedih juga mataku ini.
                Kalo masalah ikan bakarnya jangan di tanya ya! Lebih pedih lagi, kami gagal. Cuma satu yang bisa kami bakar dan yg lainnya sekarang masih di goreng temen ku tuh di dapur. Huft bakar ikan di dalem kos itu ternyata sesuatu yang ekstream banget bro.. kita doakan saja semoga ikan yang sedang dimasak temen ku ini cepat matang dan aku cepat makan, karna saat aku nulis ini aku merasakan getaran hebat dalam perutku. Kayaknya cacing cacing lagi pada demo nih masalah anas gantung di monas bro.
                Eh eh eh tunggu dulu, jangan sampai berpikir aku gak ikut andil dan Cuma duduk nulis ini ya bro. Aku dah naker berasnya tadi dan aku juga yang memasaknya. Ya minimal kan aku ikut berpartisipasi. Oke kalo gitu aku lanjutin bantuin temenku dulu di dapur ya bro tu temenku udah triak triak minta di irisin bawang buat sambalnya.. lain kali aku lanjut lagi. Thanks dah baca.