April 2013 ~ pratamagta

Tuesday, April 2, 2013

Pendakian Gunung Slamet 3428 mdpl







Sore itu menjadi awal dari semua rencana yang serba tiba-tiba, namun tidak berakhir sebagai wacana saja. Dalam hati memang aku ingin menuju gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa, Gunung Slamet. Gunung ini memiliki ketinggian 3428 mdpl terletak di 5 Kabupaten (Purbalingga, Banyumas, Brebes, Tegal, dan Pemalang) di Provinsi Jawa Tengah. Secara resmi gunung ini memiliki 6 jalur pendakian, dalam kesempatan kali ini kami memilih Jalur Bambangan (Dusun Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga). Namun ketika itu hanya ada dua orang saja yang benar benar mau ikut berangkat dan jika hanya berdua tentu saja kami memutuskan untuk tidak jadi pergi. Angin segar datang kepada kami dengan datangnya 2 orang lagi ke kos kami. Mas Adit dan temannya. Mereka datang dengan membawa kabar gembira bahwa dari mereka ada 5 orang dari unsoed yang mau bergabung. Tentu saja itu menambah harapan kami untuk menuju puncak tertinggi di jawa tengah tersebut. Tak seberapa lama kami membahas tentang rencana kami ini tiba tiba hp ku berdering dan membawa kabar bahwa ada 6 orang lagi yang mau bergabung. Dari purwokerto 3 anak dan dari cilacap 3 anak. Jadi telah di putuskan bahwa perjalanan ini akan melalui pos bambangan dg anggota team 13 orang dan mayoritas dari mereka semua yang ikut adalah orang orang yang baru aku kenal but show must go on.

29 Maret 2013


Di depan Rumah Aditya Wijayanto

Ada beragam cara untuk mencapai Basecamp Bambangan, dari Purbalingga menuju Pertigaan Serayu dengan menggunakan bus 3/4 yang ditempuh dalam waktu 3600 detik seharga 6000 rupiah. Setelah itu dilanjutkan dengan mobil carry menuju BasecampBambangan, selama 60 menit dengan biaya 13.000 rupiah. Untuk retribusi pendakian kita wajib membayar 5000 rupiah. Tapi berhubung kami berangkat dari purwokerto maka kami cukup naik kendaraan bermotor saja.




Pos Bambangan

Pendakian dimulai dengan berjalan  dari Basecamp (1575 mdpl) menuju Pondok Pemuda (Gapura Pendakian), dari Gapura kami ambil jalur yang ke kanan, melewati ladang penduduk. Jalur pendakian sangat jelas, hingga akhirnya kami melewati Sungai Kering (Kali Bambangan) dan terus berjalan menikmati pemandangan ladang. Melihat pemandangan ladang seperti ini ntah kenapa otakku langsung membayangkan petualangan sherina. Hhahahaha waktu terus berlalu tanpa kami sadari kami sudah berada di Lapangan Sepak Bola, Hutan Pinus yang tidak lebat namun tertata rapi menyapa dihadapan.





Setelah 30 menit menyusuri ladang penduduk dan barisan Pohon Pinus kami tiba di Pos I (Pondok Gembirung) dengan ketinggian 2220 mdpl. sore itu pendakian kami ditemani rintik hujan yang tidak deras namun cukup membuat basah jas hujan. Pos ini cukup luas, dan sering digunakan pendaki untuk membangun tenda, karena pos dengan pondokan seperti ini hanya ada di Pos I, V dan VII.



Perjalanan dari Pos I menuju Pos II memakan waktu 1 jam 30 menit waktu normal, setidaknya itulah yang aku pelajari pada malam sebelum berangkat mendaki namun karna diantara kami ada beberapa yang mengalami kram maka perjalanan memakan waktu sedikit lebih lama dari waktu normal dengan jalur pendakian yang panjang dan mulai vertikal, vegetasi khas hutan tropis membuat suasana menjadi lembab dan hanya sedikit cahaya rembulan yang masuk dari celah-celah pepohonan itu karna kami melakukan perjalanan di malam hari tapi aku masih percaya kalau ini adalah gunung Slamet bukan Konoha. coba bayangkan kalau ini adalah di Konoha! tentu di atas perjalanan kami yang tiap langkahnya terasa berat tiba tiba saja beberapa deretan ninja melompat lompat diantara pepohonan. Pos II (Pondok Walang) ini ditandai dengan lahan yang cukup luas untuk 3-4 tenda kapasitas 5 orang. Disana kami menghela nafas agak panjang karna setelah kami melalui medan yang cukup licin dan terjal kami juga mulai merasa kedinginan.

Perjalanan dilanjutkan, hingga akhirnya tibalah kami di Pos III (Pos Cemara) , altimeter menunjukkan angka 2465 mdpl. Di pos ini juga cukup untuk membangun 2-3 tenda kapasitas 5 orang, namun apabila fisik dan keadaan lingkungan mendukung, ada baiknya camp di pos V atau pos VII saja. Itulah yang kami lakukan, berhubung kami berpikir kami masih cukup kuat untuk melakukan perjalanan mala mini maka kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan lagi.
















kemudian tibalah kami di Pos IV (Samarantu) merupakan pos yang sangat tidak direkomendasikan untuk bermalam, karena berdasarkan cerita lokal yang beredar, daerah ini merupakan tempat paling angker dari seluruh tempat di Jalur Pendakian Gunung Slamet via Bambangan. Samarantu berasal dari kata ‘samar’ dan ‘hantu’ yang berarti ‘hantu yang tidak terlihat’. Meskipun demikian untuk yang ingin uji nyali. Tapi pada malam itu waktu sudah menunjukan pukul 11 malam dan cuaca sangat tidak mendukung untuk melanjutkan perjalamnan dan kamipun memutuskan untuk mendirikan tenda di pos IV ini. pos ini dapat menampung 3-4 tenda kapasitas 5 orang. Aku pribadi menyarankan jangan melakukan perjalanan malam menuju pos IV atau bermalam di Pos IV seperti yang kami lakukan. Apapun yang terjadi setelah memasuki pos III dan langit sudah gelap, saya sarankan untuk mendirikan tenta saja di pos III.


30 Maret 2013







Dari pos IV menuju pos V (Pos Air) kita akan melewati hutan mati sisa kebakaran, meskipun demikian vegetasi hutan tropis masih mendominasi pemandangan sekitar. Perjalanan dari pos IV menuju pos V. Di pos ini kita dapat menemui mata air, dengan berjalan ke turun ke kiri selama 5 menit. Kita harus naik ke arah batu licin berlumut sampai menemukan pipa aliran air, karena air ini yang lebih bersih dibandingkan yang mengalir di bebatuan.



Kami menghabiskan waktu cukup lama di pos V ini, kemudian memutuskan untuk tetap konsisten pada keputusan di awal pendakian “PPUUNNCCAAAAAKKK” . Akhirnya perjalanan semakin curam dan panas, karena hutan gersang sisa kebakaran ini membiarkan matahari membakar tubuh kami. di sekeliling kami dapat menyaksikan pepohonan bekas kebakaran yang sangat luas dan jujur ketika kami melalui perjalanan disini aku jadi berpikir jangan jangan pegunungan yang di gunakan untuk pertempuran antara Gokaiger melawan musuh terakhirnya adalah di gunung ini karna tiba tiba saja aku terbayang pertrmpuran hebat pernah terjadi disini alhasil sepanjang perjalanan aku tersenyum senyum sendiri seridaknya itu bisa sedikit melawan letih yang telah mendera sendari tadi. waktu berlalu dan tibalah kami di pos VI.  Di pos VI kami hanya sedikit berhenti, karena berdasarkan catatan pos VII tidak jauh lagi.
atap seng pos VII yang terlihat dari jalur pendakian, menjadi pertanda pelepas lelah yang sudah tertahan sejak awal pendakian. Kini kami sudah berada di titik aman.







































Keberuntungan masih juga belum menyambut kami, cuaca kurang bersahabat dan angin mulai datang ini menandakan pendakian akan semakin menantang adrenalin kami. Dari pos VII menuju pos VIII kita dihadapkan pada jalur sempit vertikal. Batas Vegetasi menjadi pertanda dimulainya pendakian yang sebenarnya. Jalur pendakian yang terjal berbatu ini rentan menimbulkan bahaya, selain terpeleset dari jalur, bebatuan yang mudah jatuh ini dapat menimpa pendaki lain kalau kita berjalan tanpa hati-hati.

Pos VIII – Batas Vegetasi

Jalur menuju Triangulasi Atap Jawa Tengah ini lumayan berat dan memakan waktu 120 menit



Kawah Gunung Slamet
Itinerary Pendakian (NORMAL):
§  Basecamp (1575 mdpl) – Pondok Pemuda (Gapura Pendakian): 10 menit
§  Pondok Pemuda – Lapangan Sepak Bola: 20 menit
§  Lapangan Sepak Bola - Pos I / Pondok Gembirung (2220 mdpl): 40 menit
§  Pos I - Pos II / Pondok Walang: 1 jam 50 menit
§  Pos II – Pos III / Pos Cemara (2465 mdpl): 70 menit
§  Pos III – Pos IV / Samarantu (2635 mdpl): 60 menit
§  Pos IV – Pos V / Pos Air (2775 mdpl): 45 menit
§  Pos V – Pos VI: 29 menit
§  Pos VI – Pos VII / Samyang Kendit: 28 menit
§  Pos VII – Puncak Gunung Slamet: 2 jam
§  Puncak Gunung Slamet – Bibir Kawah: 5 menit


Catatan:
§  Perhatikan jalur pendakian menuju puncak, batu mudah jatuh jadi komunikasi antar pendaki harus terjaga.
§  Perhatikan jalur turun dari puncak, jangan terlalu kiri karena ada jurang, dan jangan terlalu kanan karena pasti tersesat.
§  Hindari turun setelah jam 09.00 WIB karena kabut tebal akan mulai menyelimuti kalur pendakian.
§  Bulan Februari sampai pertengahan maret adalah cuaca terburuk di Gunung Slamet.
§  Patangan untuk tidak membuang air kencing, air besar, ludah dan kotoran selama di jalur batu merah (Plawangan – Puncak) karena merupakan tempat suci.
§  CP Basecamp Bambangan: Pak Sugeng: 085726000335 – Pak Suwandi: 085291182918 – Mas Didin: 085726666912.

Terima Kasih:
§  Allah SWT.
§  Teman-teman pendaki yang meniti malam dan melangkah bersamaku 
§  Teman-teman yang meminjamkan peralatan pendakian baik teman teman dari WAPALA STT Telematika Telkom Purwokerto maupun teman teman dari UPL  MPA Unsoed Purwokerto
§  Teman-teman kos yang terus terusan berkomentar tentang rencana kami ini.
§  Adee ku Eva Kitty yang pagi pagi di hari keberangkatan  dah bela belain datang ke kos buat nganterin Jas hujan, makanan dan minuman n udah bantuin nyuci tas dll yang kotornya minta ampun.
§  Dan semua pihak yang turut serta mendoakan perjalanan kami.

Permintaan Maaf

§ Kedua Orang tuaku karna dalam pendakian ini aku tak meminta ijin.


Koleksi lengkap dokumentasi perjalanan kami bisa di lihat DISINI


Tulisan ini telah di terbitkan secara online di Kompasiana. silahkan KLIK DISINI