December 2009 ~ pratamagta

Wednesday, December 30, 2009

masih ada mimpi

Seperti halnya dia yang merayap tanpa tahu apa yang ada di atasnya.
Seperti halnya udara yang tak tahu kapan dia akan berubah menjadi angin.
Seperti halnya tanah yang tak pernah mengeluh ketika manusia menginjaknya.
Seperti halnya gelombang air laut yang tak kan pernah takut meskipun tahu dia akan menghantam pantai.
Seperti halnya aku yang tak pernah bisa lari dari kenyataan ini.

                Bukannya hari ini biasa saja, namun tak lepas dari semua itu ada sesuatu yang menghantam jiwa salah satu dari penghuni kota tanpa cahaya. Menggeriyat bukanlah impian hatinya dari dahulu. Dari dia bisa merasakan cinta ataupun ketika dia mengenal luka. Namun kali ini berbeda untuknya. Semua terasa hambar dimatanya dan tak ada hal indah sejauh matanya memandang. Tatapannya terpaku pada masa depan yang tak seharusnya dia renungkan..
                Raungan motor ini memecah keheningan malam dan sedikit memekakan telinga. Meraung diantara rintikan hujan yang mulai membasahi dunia,menetes dan bercampur dengan air matanya. Tetap melaju tanpa memikirkan hari esok. Pikirannya gundah dan tak lepas dari itu hatinya mulai menangis dan merintih. Diamlah kawan dan sejenak nikmati apa yang sedang teman kita rasakan. Terus melaju dengan kecepatan melebihi apa yang kita pikirkan. Entah apa yang sedang dia pikirkan namun dia benar menurutnya. Keindahan yang dia maksud berbeda dengan keindahan yang kita semua impikan. Kehidupannya hancur ketika dia mulai mengenal wanita yang menurutnya adalah gadis terindah dalam hidupnya. Okey kita hargai itu. Kembali ke permasalahan. Namanya Raflesia Arnoldy dan sering disapa dengan sebutan Arnold. Pemuda lajang belasan tahun ini belum mengerti apa – apa tentang kehidupan namun dia memfonis dirinya telah patah hati. Aneh bukan?? Tak ada yang perlu kita tertawakan karna kita tak berhak menertawakan perasaan seseorang meskipun kita membenci orang tersebut.
                Terus melesat tanpa mempedulikan air hujan yang mulai deras membasahi tubuhnya. Menggigil sudah pasti namun apa dia peduli?? Yang ada dalam otaknya hanyalah rasa sakit yang baru saja dideritanya sore tadi. Sejenak dia berpikir tuk mengakhiri semuanya. Duh dasar anak – anak. Hehehe,,,,
                Selang beberapa waktu kendaraannya mulai terhenti diatas bukit tak jauh dari kota tanpa cahaya dimana setiap tetesan air mata yang ia keluarkan berisikan kepedihan hatinya. Comunikator N9210 masih melekat di saku celana kanannya yang mulai ia sadari seluler itu mulai bergetar mengiringi panggilan dari temannya yang mencoba menenangkan hatinya. Namun sejauh temannya berusaha menenangkan hatinya tak ubahnya dengan hal yang sia – sia.
                Dia putus asa dan mencoba untuk menikmati sisa hidup yang ia pikir tinggal beberapa menit itu. Melangkah mendekati tepian jurang tanpa ragu. Dunia ini sempit baginya dan sebenarnya tak sesempit itu kalau dia mampu berpikir lebih dewasa. Seharusnya semua ini tidak perlu terjadi hanya gara – gara sesosok manusia menawan yang dia sebut sebagai bidadari hatinya ternyata tak mampu memberinya kesempatan tuk menjadikannya seseorang yang terindah dalam hati.
                Sejenak dia merenungkan nasibnya dan berbicara seolah – olah nyawanya akan tercabut sebentar lagi.
Aku siap mati
Hanya tuk sekedar pahami, cinta ku tak berarti untukmu
Aku sudah tak
Dengan airmata ibuku
Menangisi kuburku karnamu…
Hanya karna mu…

                Lantunan maya itu mulai menghantui jiwanya yang sedang bimbang dan tanpa ia sadari langkahnya tak mapu ia tahan lagi. Air hujan, malam dan beberapa pepohonan yang ada di sekitar tempat itu menjadi saksi tergelincirnya tubuh remaja. Melalui semak semak dan menghantam tanah dengan penuh harapan agar nyawanya langsung tercabut begitu saja. Apa dia merasa sudah menjadi malaikat yang mampu mengatur kapan nyawanya akan habis?? Tak perlu kita pikirkan itu. Yang kita tahu sekarang dia telah mencoba melakukan hal yang salah hanya demi keyakinan yang sebenarnya salah. Ingatlah satu hal kawan. Pemikiran yang salah akan melahirkan tindakan yang salah dan hanya orang bodoh yang mau mengakhiri hidupnya hanya demi cinta. Cinta itu terlahir bukan untuk di tangisi…


…………………………..
                Dingin mulai merasuk tak hanya dalam hati namun mulai menggerogoti relung jiwanya yang katanya telah hancur karna cinta. Beberapa buliran airmenjatuhi tubuhnya tanpa rasa ragu. Namun tak menyadarkannya.berjalan di dekatnya sesosok wanita yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Dalam remang ia sedikit melihat sosok wanita tersebut membelai lembut wajahnya dan meneriakan namanya. Apa aku tega melihat pemandangan itu?? Sekelilingku mulai gaduh dan di penuhi beberapa orang yang mencoba menolongnya. Aku tak hanya diam, mulai ku langkahkan kakiku mendekati tubuhnya yang lemah tak berdaya dan dengan bantuan beberapa warga,kutarik badannya menjauhi beberapa batang kayu yang menjepitnya dari tadi. Aku tak tahu mana air mata dan yang mana air hujan,,, semuanya Nampak sama.
Puspita dian Pradana, nama itu terlekat pada jiwa wanita yang lahir belasan tahun yang lalu. Nampak diparasnya kepedihan yang mendalam ketika itu dan pernahkah kalian terpikir akan terjadi sesuatu yang indah pada dirinya hari ini?? Malaikatpun tak punya waktu tuk memeikirkannya. Semua pemikirannya tertuju pada Arnold yang lemah tak berdaya menikmati irisan jiwa yang ia yakini sebagai keindahan yang abadi.
                Dilain hari aku meluangkan waktu tuk menikmati indahnya sore hari bersama beberapa temanku. Bercanda penuh keriangan dan selalu saja membahas hal yang sebenarnya tak penting untuk dibicarakan namun kita memang bangga melakukan itu. Bukan kepedihan yang sedang kita bicarakan namun sebuah senyuman yang terpancar dari wajah kami berlima yang menamai diri kami sebagai ‘Leter G community’ karena kita memang sama sama dari daerah yang bernomor polisi kendaraan diawali dengan huruf G.
                Sedikit kita tinggalkan tentang cerita kebahagiaan kita sejenak karna disamping itu ada keadaan yang harus kalian ketahui terlebih dahulu. Berjalan di depan kami sesosok wanita yang berparas ayu dan memiliki untaian rambut yang indah namun tak sedikitpun keindahan terpancar dari raut mukanya hanya beberapa airmata yang kami lihat membasahi parasnya itu. Kusapa namanya dan kami memaksanya tuk tinggal sejenak disini tuk menghilangkan rasa penat yang sedang menghantuinya. Sebenarnya aku malas menanyakannya namun secara tiba – dia meminta kami tuk memberikan beberapa jalan keluar pada masalahnya itu.
                Ruang tamu kos kami yang sebelumnya terasa hangat dan penuh dengan tawa, tiba –tiba hening.sedikitpun tak ada yang mampu memecahkan keheningan ini. Pikiran kami tak menyatu dengan otak kami, entah melayang kemana pikiran kita pikiran kita waktu itu.