April 2009 ~ pratamagta

Tuesday, April 28, 2009

Cinta Tak Segampang Matematika

Kalau saja hidup ini segampang matematika, mungkin nggak banyak orang yang akan terluka. Sepintas lalu kayaknya kalimat ini pasti adanya cuma di sinetron, tapi percaya deh kalimat ini memang terbukti kebenarannya. Mungkin kamu bakal protes jika matematika (yang konon bisa bikin rambut lurus jigrak-jigrak tanpa direbonding / pake shampoo itu) menurutku “enggak susah” ( yah meskipun di sokolahku aku sering ikut remidi matematika, apalagi kalau sudah bicara tentang matematika yang di ampu Pak Bangun) Asalkan kita tahu rumus yang tepat, sebenarnya soal-soal matematika tidak sengeri yang kita kira. Nah, bedanya dengan kehidupan kita : nggak ada rumus yang pasti tentang bagaimana cara membuat orang senang, alih-alih yang kita perbuat malah membuat orang bereaksi sebaliknya. Seperti kata pepatah, “Dalamnya laut bisa diukur, dalamnya hati siapa yang tahu” ( sebenarnya kita toh benar-benar nggak tahu apa yang ada di dalam pikiran orang lain-kecuali memang kita diberi kelebihan untuk membaca pikiran). Coba diingat-ingat, pasti banyak kan dari kita pernah merasakan salah tingkah dan kebingungan menghadapi bermacam-macam polah tingkah orang lain? Rasanya badan jadi kaku dan dingin kaya diguyur air es dari langit. Kita merutuk dalam hati, andaikan ada rumus praktis (namun sayang, hidup bukanlah UMPTN atau spmb itt telkom) untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain. Bahkan aku yang sekolah di smk telkom ni juga mulai menekuni dunia pesikolog dengan mulai membaca – baca buku psikologi dari kelas satu dulu dan sebagian besar orang lantas berpikir bahwa dengan itu aku bisa meramal kepribadian orang lain hanya berdasarkan pandangan pertama saja. Tapi kadang-kadang aku juga tetap mengalami dilema dalam hubungan interpersonal-sering-. Duh…! Jadi, matematika mungkin masih lebih gampang. Tapi kamu masih saja boleh nggak sepakat, lho! Soalnya aku sendiri juga tidak pandai di bidang matematika.
Kadang ini nggak ada hubungannya dengan jenis kelamin, namun tetap saja aku merasa bahwa diriku lebih rasional dalam memandang hidup dibandingkan dengan orang-orang lain. Bahkan memandang cinta sekalipun. Boleh jadi dulu teman-temanku mengira aku adalah orang yang memandang cinta dengan sinis; meskipun nggak benar seperti itu. Ada temenku yang bilang, “Udah dirasain aja apa susahnya sih? Daripada dipikir melulu”. Tapi dulu (sebelum aku menemukan bidadaraiku) aku tetep aja keukeuh untuk berpikir beberapa kali lagi, agar bisa jatuh cinta pada orang yang tepat. Karena aku yakin bahwa jika kita jatuh cinta cuma bermodalkan perasaan dan hawa nafsu, kalau terjadi sesuatu yang buruk, rasanya pasti kaya kebanting ke lantai. Sakit. Aku punya seorang teman (satu kelas) yang kayaknya jatuh cinta itu nggak ada bedanya sama memancing ikan. Nyaris nggak pilih-pilih. Asalkan umpan disambut, ditarik deh pancingnya. Tapi ya karena tak pernah berpikir panjang, akhirnya sering hubungannya nggak pernah langgeng. Ia jadian sebanyak ia putus hubungan. Merana sekali tampaknya. Di mata temen-temen lainnya, ia juga sudah dipandang sebelah mata. Habisnya kok kesannya “gampangan” banget gitu lho. Dan entah akhir-akhir ini ia selalu tampak sendirian. Entah karena mungkin kepercayaan diri dia mulai rapuh atau bisa juga tobat. Semoga aja karena alasan yang terakhir tadi deh. Bukan berarti aku nggak pernah jatuh cinta sebelum masuk smk telkom ini. Dulu aku pernah jatuh cinta ketika masih SMP. Aku inget banget waktu itu pas lebaran. Saat itu aku mengirim kartu lebaran bermerek Harvest yang bergambar cewek-cowok dewasa persis kaya ilustrasi di majalah- majalah remaja waktu itu. Mana kalimatnya romantis lagi. Akhirnya sewaktu hari pertama sekolah setelah liburan panjang lebaran. Aku bertemu dia. Wajahnya sudah merah saat melihatku. Temen-temen se-gank-nya sudah bersorak-sorak. Aku merasa aneh. Ada apa, ya? Ada yang kelepasan bilang, “Kamu suka
sama si X, ya Lang?”
Pucet deh mukaku. Kok semua pada tahu ya?
Tanggapan si dia (yang) kucinta itu pun tampak dingin dan semakin menjauhiku. Padahal dulu pernah deket banget. Tapi ya mau bagaimana lagi, memang sudah resiko. Beberapa hari kemudian setelah kejadian itu aku menyesal, kenapa juga kirim kartu lebaran yang bergambar seperti itu tanpa pikir panjang. Padahal aku sebenernya cuma nulis “Mohon Maaf lahir Batin” doang. Nggak ada embel-embel “I Love you” sama sekali. Tapi mungkin memang kalimat-kalimat yang tercetak di kartu lebaran itu memang sudah sedemikian gamblangnya menerangkan maksudku. Jadi deh, ditolak sebelum ngomong langsung. Kayaknya kejadian gini cuma dialami oleh aku deh. Makanya pengalaman itu menjadi pegangan bagi aku untuk lebih bijaksana dalam memandang kehidupan ini. Bagiku, cinta itu memang misterius –dan mungkin selamanya akan seperti itu. Kadang-kadang aku nggak pernah menemukan alasan logis kenapa jatuh cinta bisa mengubah sikap orang seratus delapan puluh derajat. Aku kenal seseorang yang sangat realistis-sekarang sudah kelas 3 TKJ-tetapi tiba-tiba menjadi begitu melankolis ketika jatuh cinta, memandang senja dengan tatapan rindu, tersenyam-senyum sendiri dalam perjalanan, dan rajin menyambangi kios bunga. Suatu kali dia mengeluh kepadaku bahwa pacarnya sangat cuek kepadanya. Tetapi buru-buru ia membuat pemakluman “Tapi nggak apa-apa, orang pisces kan emang biasanya gitu, kan?” Duh.., saya jadi khawatir kok bisa-bisanya orang serealistis dia bisa menghubung-hubungkan antara sifat dengan zodiak? Jika disuruh memilih, mungkin aku lebih suka hubungan pertemanan ketimbang percintaan –meskipun sekarang aku memang sudah menjalani hub lebih dari 1 tahun- Kedengarannya klise, ya? Tapi aku punya alasanku sendiri kok! Sebenarnya ada perbedaan mendasar antara hubungan percintaan dengan hubungan pertemanan. -bidadarikulah yang membuat aku berpikir demikian-Percintaan itu dilandasi oleh rasa posesif (rasa ingin memiliki), sedangkan hubungan pertemanan didasari atas rasa saling percaya. Kamu boleh-boleh aja protes bahwa hubungan antar kekasih dilandasi atas rasa saling percaya. Tapi pasti kamu akan kesulitan untuk menerangkan dari mana datangnya rasa cemburu. Perasaan posesif itu yang kemudian melahirkan ritual wakuncar (waktu kunjung pacar) saban malam minggu. Coba deh, kamu pasti akan dicemberutin sama pacar kamu kalau malam minggu nggak “ronda” kekosnya. Rasa posesif yang berlebihan juga lah yang menjadi penyebab hubungan cinta jarak jauh akhirnya nggak berhasil. Bawaannya curiga dan cemburu melulu. Selalu aja bertanya, “Kamu lagi nggak sama siapa-siapa kan di sana?”
Coba sekarang bandingkan dengan hubungan teman. Kita kan nggak bisa protes bila sahabat kita memiliki sahabat lain selain kita? Itu hak-hak dia dong punya sahabat lain selain kita. Hubungan pertemanan juga menghasilkan sebuah ikatan unik yang menyebabkan kita bisa mengobrol akrab dengan teman kita yang mungkin sudah lama nggak kita jumpai. Pokoknya yambung aja gitu-bidadariku pernah memintanya-Nggak ada sama sekali perasaan cemburu. Mungkin ada sedikit perasaan dongkol, namun tetap nggak menjadikan kamu memutuskan hubungan dengannya sebagai seorang teman, bukan? Kalau dengan pacar, jarang ketemuan, bisa-bisa dieleminasi deh! Jadi, nggak salah bukan bila akhirnya lebih merasa hubungan antar teman lebih berharga daripada hubungan dengan kekasih. Banyak orang-orang spesial yang lebih memilih menjadi sahabat, karena semata-mata -katanya- posisi sahabat lebih tinggi daripada kekasih.
So.., jika suatu kali kamu menyatakan perasaanmu kepada orang lain, dan ditanggapi dengan jawaban “Lebih baik kita jadi teman saja, ya?”, seharusnya kamu malah merasa lebih terhormat, dong. Aku sedang sibuk menyelidiki misteri tentang cinta (kayak judul lagu, ya?). Cinta itu sebenernya nggak pernah memberi lebih. Bahkan nggak jarang cinta merenggut apa yang kita punyai : waktu, tenaga, pikiran, uang, dan masih banyak lagi. Tetapi cinta membuat hidup kita lebih berharga. Sedikit yang diberikan oleh orang yang kita cintai terasa berharga. Kekasih kita menjadi sedemikian cantiknya, hingga Dian Satro pun lewat. Orang lain akan menganggap kita gila. Kok bisa ya, cuma dibelikan semangkuk bakso saja senengnya selangit? Tapi orang yang kasmaran itu pasti menganggap cinta itun enak gila…
Dalam operasi matematika, cinta itu adalah hubungan perkalian. Ahli-ahli kimia bilang cinta itu adalah katalisator. Dengan satu ucapan yang menghibur dari orang yang kita cintai, hati kita bisa melambung hingga ke negeri antah-berantah. Tetapi satu bentuk kekecewaan yang dilakukan oleh orang yang kita cintai pada kita, duh sakitnya pasti akan
membekas sampai lama. Kita bisa jadi sangat terhibur karena cinta, namun sebaliknya bisa juga menjadi sangat tersakiti oleh cinta. Aku beberapa kali menemui orang-orang yang mengalami trauma dalam cinta dan berjanji tidak akan pernah jatuh cinta lagi. Menyedihkan sekali, bukan? Aku hanya bisa mengatakan, tanpa cinta pun hidup kita sudah membingungkan. Ini juga didukung oleh Hukum Termodinamika II, yang berbunyi
entropi selalu positif, yang artinya : alam termasuk manusia akan cenderung menuju ke
arah ketidakaturan. So, sebenarnya tidak ada masalah dalam hidup, asalkan kita bisa mengendalikannya. Cinta nggak pernah bersalah kok! Baik-buruknya kualitas cinta itu
tergantung pada kita, gimana cara kita menjalaninya. Pengalaman dan kegagalan yang
dulu kan bisa menjadi cermin bagi kita agar tidak melakukan kesalahan yang sama.
Bagaimanapun juga, yang memisahkan antara kegagalan dan kesuksesan adalah usaha. Yah, tapi kita memang harus memulainya. Dan untuk itu modalnya cuma satu. Nyali.
Nah, apakah kamu punya? Apabila kita bertaruh untuk merasakan cinta dalam hidup kita, menurutku pilihan untuk mencoba jatuh cinta lagi tidaklah terlalu buruk. Beruntung aku adalah seorang penulis sekaligus orang yang gemar membaca buku psikologi. Itu adalah tiket bagi orang-orang untuk curhat kepadaku. Asyik sekali mengetahui dan belajar dari pengalaman orang lain tanpa harus mencari apalagi membayar. Bukan hanya satu-dua orang saja yang bercerita tentang pengalaman cintanya lho. Meskipun kadang aku nggak benar-benar bisa menyelesaikan masalah dan bahkan merasakan perasaan mereka –karena bagaimanapun juga aku bukan orang yang benar - benar mengalami kejadian yang sama– tetapi dengan menjadi pendengar pun sudah cukup bagi mereka. Beberapa kali aku malah berbuat terlalu jauh dalam hubungan percintaan orang lain. Seperti misalnya, aku terlibat di tengah hubungan cinta yang unik antara teman sekelasku dengan adik kelasnya. Hubungan mereka bertambah menarik karena umur perempuan tersebut lebih tua daripada yang laki-laki. Nggak tahu kenapa aku kemudian mereka anggap sebagai mak comblang, hanya karena memperkenalkan mereka berdua. Sering aku diajak ngobrol sembari ditraktir di kantin atau warung deket kos. Hampir setiap kali diajak. Mungkin ini ya enaknya jadi mak comblang…. Meskipun hingga saat ini aku secara pribadi nggak begitu sepakat dengan pacaran –terutama cara pacaran remaja akhir-akhir ini yang kayaknya makin syuerem deh.., tetapi aku sama sekali nggak menentang cinta. Malah pekerjaanku sebagai penulis sangat terbantu karena cinta. Dulu ketika aku masih belum memahami apa itu cinta, tulisanku terasa kering, datar, dan tanpa emosi. Di satu sisi aku melecehkan cerita-cerita yang menjual cinta-cinta gombal, tetapi di sisi lain aku mengakui kekurangan tulisanku terdapat dalam cerita-cerita seperti itu. Makanya, setiap kali pergi ke taman bacaan kemudian aku selalu menyempatkan mencomot novel-novel Harlequim atau TeenLit (bahkan ChickLit) di antara novel-novel science-fiction karya Michel Critchon atau novel misteri Agatha Christie yang biasa kubaca. Pertama-tama ada perasaan enggan dan sedikit jijik, tentu. Tetapi aku merasa bahwa perasaan seperti ini lumrah jika ingin mempelajari sesuatu yang baru sekaligus beda dari keseharian kita. Hasilnya, aku semakin memahami cinta. Cinta bagiku itu ibarat vitamin C. Bikin semangat dan memandang hidup jauh lebih baik. Cinta melahirkan sentuhan emosi yang bertingkat-tingkat pada simbol-simbol tertentu (contoh: bunga, warna pink, dll) –sesuatu yang dulu tidak kupahami (ingat pengalamanku tentang Kartu Ucapan Harvest, kan?). Mengarang bagiku sekarang tak ubahnya seperti menulis surat cinta yang penuh dengan bahasa yang terpilih sekaligus menggigit. Ada perubahan dalam bagaimana cara memandang sesuatu hal dan juga bagaimana cara menimbulkan kesan dari ragam pilihan bahasa yang dipilih. Secara otomatis, dengan cinta, aku merasa bahwa hidupku menjadi makin kaya dan semakin bersemangat untuk menulis lebih banyak hal lagi. Bener deh kata Mas Guruh Soekarno Putra : Mahadaya Cinta!! Rugi kalau nggak pernah jatuh cinta! Seperti dalam sebuah lirik sebuah lagu “love doesn’t have to hurt”: cinta nggak boleh saling menyakiti, menekan, apalagi memaksa. Ini berlaku untuk kedua belah pihak lho. Kamu nggak boleh menuntut orang yang kau cintai untuk memperhatikanmu terus-terusan, di lain pihak kamu juga nggak boleh menuntut dirimu untuk terus-terusan memaklumi orang yang kau cintai jika ia berkali-kali melakukan kesalahan yang sama. Cinta itu tetep ada batasnya. Kadang-kadang sebuah hubungan akan lebih baik jadinya apabila kita nggak berhubungan. Bisa jadi hingga akhir orang tidak akan pernah tahu misteri cinta. Mungkin pada saat rumus-rumus matematika telah terungkap semuanya, cinta masih berenang-renang dengan anggunnya di area ketidaktahuan dalam pikiran manusia dan orang-orang masih ramai membicarakannya. Namun mungkin itu lebih baik. Karena orang-orang akan selalu penasaran, bertanya, mencari, dan merasakan cinta. Cinta memang mungkin selamanya nggak akan lebih gampang daripada matematika. Tetapi bila kita bisa memperlakukan dengan bijaksana, cinta pasti akan jauh lebih menyenangkan ketimbang matematika. Kamu sepakat?

dalam prosesl

Memang bukan kata yang coba aku ketik. mungkin memang tanpa makna tapi aku masih mencoba dan terus mencoba tuk jadi yang aku mau. Banyak orang yang mencela kebiasaanku menulis. Banyak orang yang bilang kalau tulisan dan semua karyaku itu memang tak berasa dan tak bisa di nikmati. Hinaan itu juga aku dapat pagi tadi. Mungkin Cuma bercanda atau hanya sekedar menguji kesabaranku saja namun tetap menusuk dalam smpai menguras dasar jiwa ini. Dilain pihak ada seseorang yang mengatakan “Jalani hidup seperti rumput”.
Jalani hidup seperti rumput. Aku sependapat dengan dia. Memang dalam kehidupan ini tak ada yang sempurna, paling tidak itulah yang ditulis salah satu sastrawan yang aku kagumi. Menjalani hidup penuh dengan guncangan terkadang memang angin yang dulu bisa menyejukan hati kita juga bisa menghancurkan rumah kita. Rumput. Meskipun ia kecil dan sering diabaikan orang tapi dia tetap mampu menari ketika tertiup angin. Meskipun orang terkadang lebih suka memandang pohon atau tumbuhan yang lebih tinggi dan lebih indah. Rumput takkan menangis ketika ia terinjak atau dengan sengaja ada orang yang menginjaknya. Dia juga bisa hidup tanpa harus ada yang memberinya belas kasihan dan menyiraminya, rumput masih bisa bertahan tanpa air mata.
Seperti sore ini ketika aku duduk di tepian lapangan dan mencoba belajar tentang kehidupan dari rumput. Mungkin hari ini agak aneh untuk hidupku tapi itu memang aku. Sendiri dan kan terus sendiri. Hinaan yang aku terima bukanlah hal yang mudah tuk aku lupakan. Dan asal kalian tahu saja, aku takkan pernah melupakan semua ini. Bukan berarti aku pendendam tapi aku jadikan semua ini sebagai semangad baru. Akan ku buktikan pada kalian semua kalau aku Galang dan suatu saat nanti aku yakin mampu jadi sastrawan. Meskipun aku selama ini tidak pernah mengenyam pendidikan di jurusan itu tapi dengan tekad ini aku yakin aku bisa’ aku bisa menulis, aku bisa membaca, aku punya semangat dan jangan lupa masih ada orang tua aku yang selalu ada untuk aku. Kenapa aku tak bisa??? Kalau sekarang kalian pikir karyaku selama ini jelek dan tidak berasa, kenapa tidak kalian coba untuk menulis?? Hey,, aku tahu kalian itu anak – anak cerdas dan kritis tapi apa kalian pernah berpikir dan mencoba melakukan itu sebelum kalian mencela karya orang?? Bahasa dan karya sastra bukan dinilai dari banyaknya tulisan dan luasnya pemahaman saja tapi ada satu yang kalian lupa. Perasaan. Satukan wawasan, pemikiran dan perasaan kalian maka kalian akan tahu bagaimana rasanya menjadi apa yang kalian mau.
Aku pernah kenal dengan pemuda yang sekarang sangat pandai mengutak atik program. Apa kalian pikir dia bisa mencapai itu dengan mudah?? semua itu butuh proses. Semua itu butuh belajar. Terkadang program yang dia buat memang sudah umum dan tidak menarik ( untuk kita ). Tapi untuk dia?? Waktu itu aku ada masalah dengan seseorang. Aku maen ke kosnya yang kebetulan dekat dengan kos aku. Ketika masuk kamarnya, dia sedang benar – benar konsen dan fokus dengan programnya dan aku hanya menunggunya sambil membaca beberapa komik naruto yang tergletak di meja kamarnya. Aku tahu dia benar – benar sedang belajar untuk memecahkan sesuatu yang aku sendiri tak begitu memahami apa yang sedang ia kerjakan sampai akhirnya ia tersenyum puas dengan program yang baru saja ia selesaikan sendiri itu. Tidak lama kemudian setelah kami mulai membuka pembicaraan, ada salah satu teman kosnya yang datang dan melihat programnya itu.loh kok programnya Cuma kayak gini sih?? Basi banget. Itu kalimat yang terlontar dari mulut orang itu. Sejenak hening dan temenku itu mulai membuka mulutnya. Tenang aja. Ini juga masih belajar kok suatu hari pasti aku bisa buat program yang lebih keren.... heheheh,,, maaf yah,,, . sejenak aku tercengan dengan kata – kata itu. Sekarang dia sudah menjadi programer dan tahun ini dia Lulus akatel dengan IP 3,7.
Tahun ini insyaallah aku bisa menyelesaikan jenjang pendidikan di SMK TELKOM Purwokerto dan berencana melanjutkan ke AKATEL Purwokerto. Dilihat dari sekolahnya saja sudah jauh sekali dari impianku menjadi sastrawan. Bukan berarti aku salah ambil jurusan tapi memang sebenarnya akulah yang memaksa orang tuaku untuk menyekolahkan aku disini. Karna di sekolah ini aku yakin bisa meraih masa depan yang bisa membuat kedua orang tuaku tesenyum lebar dan aku masih mampu tuk mencoba menggali potensiku untuk menulis dan menjadi seorang penulis.
Sejak smp aku mulai suka nulis dan waktu itu semua karyaku aku bukukan sendiri dalam binder kecil yang selalu aku bawa kemana – mana namun sekarang binder itu lenyap entah kemana. Tapi tak apalah yang penting semua itu masih tercatat jelas di otakku.
Tak ada yang menarik dalam hidupku jika diceritakan. Aku lahir di Pekalongan pada hari Senin Pon (catatan jawa) tanggal 22 oktober 1990 tepatnya pukul 05.45 Am dari rahim ibuku yang bernama Rahayu ningsih sedangkan ayahku bernama Slamet Suroso. Tak banyak hal yang aku ingat pada masa itu tapi kata orang tua ku tak lama dari hari kelahiranku, keluargaku pindah ke daerah Kanzer. Itu adalah nama daerah dataran tinggi yang di penuhi kealamian alam. Dimana pepohonan dan hewan – hewan berjumlah lebih banyak dari gedung atau bangunan. Sangat nyaman untuk menghirup udara segar. Rumah yang dulu kami tempati di situ sekarang sudah di hancurkan dan rata dengan tanah. Bukan karna gempa bumi atau bencana alam lainnya tapi ada sedikit masalah dalam keluarga besar kami. Ughh... hilang sudah satu saksi bisu keharmonisan keluarga kami. Ayahku adalah salah satu dari deretan pria di Indonesia yang memiliki semangat yang tinggi untuk bekerja dan sangat bertanggung jawab dalam menjaga keharmonisan keluarga kami.namun jujur pada waktu itu aku sangat takut dengan ayahku.
Keluargaku semakin sempurna Pada awal th 1994 dengan kehadiran satu lagi bayi yang tentunya tidak lebih lucu dari aku. Galih pradana adi laksana, itulah nama yang diberikan oleh orangtua ku pada bayi yang juga adik laki – laki ku itu. Tidak seperti aku yang lahir di kota yang sangat panas dan dekat dengan laut namun adikku ini lahir di Kanzer yang udaranya sangat dingin bahkan pada pukul 13.00 pm masih bisa merasakan udara dingin yang bisa menggigilkan sekujur badan kita.sejak saat itu perhatian orang tuaku mulai terbagi, tapi aku tak peduli dengan itu.
Aku semakin dewasa dan sudah layak untuk bergabung dengan anak – anak lain untuk belajar. Aku mulai disekolahkan di Taman Kanak-kanak di Kanzer. Saat itu aku bukan siswa yang rajin yang selalu mendengarkan omongan guru dan mencatat semua pelajaran namun aku termasuk dalam deretan sisiwa malas yang gemar sekali tidur di kelas saat pelajaran. Aku memang pendiam waktu itu, karna aku sama sekali tidak mengenal lingkungan dan jarang bermain dengan anak – anak sebaya aku.
Waktu masih saja berjalan dan seiring dengan itu aku dan adikku juga tumbuh berkembang menjadi sedikit lebih dewasa. Pada masa itu ayahku sering pergi ke Pekalongan-Indonesia karna sesuatu. Aku mulai masuk sekolah dasar di kanzer dan belajar di sana. Akhr tahun pelajaran, orangtuaku tidak mengijinkan guruku untuk menaikkan aku ke tingkat 2 dengan berbagai alasan dan akhirnya orang tuaku memutuskan untuk memindahkan aku ke sekolah lain namun tetap di Kanzer. Disinilah aku mulai berteman dengan beberapa anak kanzer. Aku sekolah di sini Cuma sampai kelas 2.
Keluargaku memutuskan untuk pindah di Pekalongan-Indonesia. Aku masuk sekolah dasar yang jauh beda dengan sekolahku yang dulu dan disini aku duduk di bangku kelas 3. Teman – teman dengan gaya yang beda, bahasa yang beda, dan hampir semuanya berbedanamun tak butuh banyak waktu bagiku untuk menyesuaikan diri dengan mereka.
<>
Semuanya berubah ketika aku duduk di bangku SD kelas 6. Keluarga kami pindah rumah di salah satu Perumahan yang dekat dengan Pantai di daerah Pekalongan Utara (sampai sekarang)
SLTP N 03 Pekalongan. Itulah sekolah menengah pertama aku yang mengajarkan aku cara berteman, berorganisasi dan masih banyak lagi. Kelas satu aku megenal beberapa siswa dan akhirnya dengan sedikit keajaiban aku jadi salah satu siswa yang di perhitungkan di smp itu. Pada tanggal 02 february 2005 aku tergabung dalam salah satu band besar di smp aku “Romusha_gaf” sebagai gitaris. Sejak saat itu aku jadi sering ijin pulang malam karna latihan Band di Slamaran. Namun latihan kami ternyata membuahkan hasil dan pada tanggal 18 Agustus 2005, kami mendapatkan juara 3 dalam pensi di pekalongan kategori band pemula. Berkat itu juga kami di undang menjadi bintang tamu dalam acara konser Peterpan di lapangan Mataram Kota pekalongan. Sebenarnya pada waktu itu aku tidak mau ikut karna aku tahu pasti orang tuaku marah kalau aku sampai pulang larut malam tapi akhirnya aku tetap ikut.beberapa hari setelah itu aku keluar dari Romusha_gaf karna sebenarnya aku mengiginkan posisi drum selain itu aku juga merasa terganggu dan terkurangi waktu belajarku dengan latihan band ini.
Aku mulai menekuni dunia tulis menulis waktu kelas 2 smp dan kebetulan waktu itu aku juga terpilih menjadi ketua osis di smp aku itu. Ada hal yang sangat diluar dugaan pada waktu itu. Aku mulai mempalajari tarian tradisional dan tidak tanggung – tanggung, aku juga menampilkannya dalam berbagai acara. Heheheheh...
Aku telah menyelesaikan sekolah di smp ini dan akhirnya aku bisa keluar dari sekolah yang sebenarnya menyimpan banyak sekali duka yang aku sendiri tak mau mengingatnya. Susuah sekali tuk menyadari kalau kita telah kehilangan seseorang yang kita sayang. Yang aku bicarakan ini bukan tentang sekolah itu namun seseorang yang aku kenal di smp ku itu.
Aku sudah beranjak remaja dan memutuskan untuk melanjutkan sekolah. Aku sangat berharap bisa masuk sma 1 Kartini di kota Pekalongan.dan suatu keadaan perpaling begitu cepat. Orang tua aku menyarankan agar aku masuk SMK TELKOM di kota Purwokerto. Aku belum tahu tentang sekolah itu dan sebenarnya waktu itu aku sama sekali tak berminat. Banyak cerita yang aku dengar dari saudaraku yang memang sekolah disana tapi aku tetap saja tak berminat samapai ada suatu hari aku dan ayahku datang ke Purwokerto. Kota yang indah. Sejuk dan dingin (dulu).bersih. aku melihat smk telkom untuk pertama kali dan tetap saja aku tak tertarik.
Pendaftaran smk telkom sudah dibuka dari beberapa bulan yang lalau dan pada hari itu aku mulai mendaftarkan diriku. Ujian tertilis membuat kau melihat sisi lain dari smk tersebut. Menarik dan banyak hal yang benar – benar bisa aku dapatkan disini. Terutama jurusan Jaringan Akses Pelanggan yang waktu itu aku berpendapat sangat keren, jurusan terkeren yang aku pernah denger dan seketika itu juga aku berpaling dari sastrrawan-kesehatan ke Tekhnik dan tetap saja aku tak bisa lepas dari sastra.
Apa ini???
Kenaa malah jadi begini. Saat aku sudah minat untuk masuk SMK Telkom orang tuaku malah menyuruhku untuk sekolah di smk. Ini kan bukan novel ato cerita fiktif?? Ini kehidupan nyata dimana setiap warga Indonesia Berhak mendapatkan Hak nya dan aku Berhak untuk menentukan masa depanku. Aku tidak terima dengan keputusan itu dan aku tetap memaksa orang tua ku untuk menyekolahkan aku di situ. Dan setelah melewati masa – masa aneh yang penuh air mata. Telah diutuskan kalau aku akan mendapatkan pendidikan di SMK Telkom. Aku berjanji akan menjadi sisiwa yang benar – benar seorang Pelajar SMK TELKOM yang UNGGUL DALAM PRESTASI dan SANTUN DALAM PERILAKU.
Hanya garis besarnya saja yang kan aku ceritakan tentang kehidupanku di SMK karena aku masih menulis novel yang berisikan tentang pengalamanku selama aku menjadi siswa SMK TELKOM INI
Tahun Pertama DI SMK Telkom Sandhy Putra
Aku mencoba megikuti alur pelajaran di sini dan mencoba jadi yang terbaik. Uggghhh.... diluar dugaan aku berkumpul dengan anak – anak cerdas dari berbagai daerah.solo, semarang,jgja,tegal, lengkap samai Kalimantan ada di kelasku namun aku tetaplah galang dan sampai kapanpun aku tetap mencoba jadi galang. Aku mencoba mengikuti seluruh kegiatan organisasi dan pada tahun ini aku sudah menjadi salah satu Pengurus organisasi yang dipandang. Banyak organisasi yang aku pimpin dan banyak acara yang aku ketuai. Aku mudah bergaul dan bekomunukasi dengan teman baru dan daerah baru jadi tidak ada masalah di tahun pertamaku hidup Kos. Aku masih terbilang siswa yang kalem dan pendiam (jangan Protes).tahun ini aku bertemu dengan beberapa teman yang ternyata punya potensi di bidang musik. Aku berhasil membentuk band yang beraliran Techno. LA (Lockta Anindia) itulah band terbesar yang pernah aku punya. Kita mulai terjun ke dunia yang lebih tinggi dan akhirnya sampai pada dapur rekaman. 3 lagu kami berhasil masuk kompilasi band indie selain itu kami juga mulai menampilkan karya musik kami di berbagai festival atau sekedar menjadi band pembuka.
Tahun Ke Dua di SMK Telkom Sandhy Putra
Awal tahun yang buruk. LA bubar. Aku di keluarkan dari organisasi.namun lepas dari LA aku tetap menulis beberapa lagu. Memang sebenarnya lagu – lagu LA akulah yang menulis liriknya. Dan aku menjual lirik lagu terbaruku itu pada salah satu band di Purwokerto dengan harga yang terbilang murah.ada hal yang menyedihkan disini. Salah satu lagu yang aku tulis dibajak orang dan anehnya malah tenar dan dierebutkan oleh band – band besar di tanah air. Aku tak bisa apa – apa. Memang tahun yang sial. Aku mulai muak dengan musikku. Aku tetap menulis dan cerpen ato novelku tetap tersimpan rapi.kemampuan seniku akhirnya terpakai. Sekolah menunjuk aku untuk ikut lomba tari tradisional dan aku mendapatkan juara satu saat itu.tahun ini mulai membaik novelku mulai dilirik beberapa penulis. Esty kinasih yang sudah memiliki nama di dunia tulis menulis juga mengajakku untuk bergabung dalam penulisan novel terbarunya.berjalan tanpa tanda tanya............... aku mengenal kayyisu di tahun ini. Dan di tahun ini aku juga mengenal gadis yang akhirnya menjadi pacar ku (dapat di lihat di U know Tik, That I L U)
Tahun ke Tiga Di smk Telkom Sandhy Putra
Kehidupan itu bukan lelucon atau cerita singkat dari drama musikal yang penuh haru. Hidup itu butuh perjuangan. Banyak hal yang tidak dapat aku ceritakan disini karna hidup ini Cuma dipenuhi mimpi. Dan aku tak pernah menyerah untuk mewujutkan mimpi itu. Seperti sore ini, ketika aku duduk termenung di pinggiran lapangan dan merenungkan tentang kehidupanku. Sekarang ujian nasional sudah aku lalui dengan baik dan tinggal selangkah lagi aku menyelesaikan belajarku di SMK.


Satu hal yang aku tahu dari aku
Aku akan tetap menjadi galang. Tidak harus berubah dan masuk dalam kebohongan untuk mendapatkan teman atau untuk sekedar di trima jadi teman mereka. Ini aku dan ini hidupku. Tak perlu ikuti gaya hidup mereka karna aku punya gaya hidup sendiri dan tak kan malu tuk mengakui siapa dirinya karna aku bangga dengan keluargaku. Ingat. Jangan pernah kalian banggakan harta keluarga atau orang tua kalian karna dimasa mendatang itu taklain hanya omong kosong yang gak kepakai. Yang penting adalah bagaimana kita dapat hidup dengan jerih payah kita, karna tak selamanya orang tua kalian akan memberi kalian uang saku. Satu lagi. Jangan pernah kamu menghina teman kalian yang menurut kalian dia lahir di keluarga yang pas – pasan karna suatu saat bisa terjadi dia lebih sukses dan berhasil dari pada kamu yang lebih suka membanggakan harta keluarga daripada berusaha. Ingat... bagaimanapun juga keluarga dan orang tua kitalah yang selalu memberikan yang ternaik untuk kita dan merekalah yang terbaik. Jadi jangan bilang anak dari manager telkom kalau ternyata orang tua kalian ternyata hanya pegawai biasah. Tapi lakukanlah jika kamu memang yakin dan memutuskan untuk menjadi anak yang durhaka. Jadilah diri kalian. Ini aku Galang dan ini kehidupan nyata.