August 2012 ~ pratamagta

Saturday, August 11, 2012

Energi Cinta Leila di Capoeira


Mentari jingga hampir tenggelam menuju peraduannya di balik gurat perut bumi. Rona senja berpendaran sendu menghiasi dedaunan rimbun di setiap sudut kota Pekalongan. Ratusan burung kecil sang penghuni kota Batik bergegas kembali meringkuk di dalam sarang tersembunyi.

Gantian kelelawar siap-siap berpesta, mencicipi  ranumnya buah merah merekah di pucuk dahan.

Sore ini adalah untuk yang ke sekian kalinya Leila pergi bersama Bella, sepupunya, ke tempat latihan seni bela diri Capoeira di samping Krematrium tepi pantai di Pekalongan.

Dentuman alat musik samba khas Negara Barsil yaitu pandeiro dan gendang   atabaque yang terbuat dari kulit kerbau serta gemerincing nyaring agogô yang mengiringi para capoeirista beraksi, seolah selalu memanggil-manggil nama Leila untuk larut dalam kelincahan gerak Sony.

“Kalau tertarik dengan olah raga  Capoeira ini, cepat saja  bergabung jadi capoeirista. Jangan cuma nonton terus,” kata Bella  mengingatkan Leila seraya  meneguk sebotol air mineral dingin.
Saat itu Bella dan teman-temannya yang lain sedang istirahat.

Leila mengulum senyum. Sebab bukan itu maksud dirinya meluangkan waktu ke tempat latihan  Capoeira ini. Ia  datang ke tempat itu hanya untuk sekedar dapat bertegur sapa dan memandangi wajah Sony.

Lelaki tersebut telah mencuri perhatian Leila. Setiap gerakan yang dilakukan Sony saat latihan Capoeira selalu datang dalam setiap tidurnya.

Di mata Leila, segala yang ada pada Sony sungguh sempurna. Dia tampan, dan pandai menghargai wanita serta tentu saja pandai seni beladiri Capoeira.

“Aku ikutan jadi capoeirista? Sepertinya aku tidak berbakat olah raga bela diri ini.”

“Lalu mengapa rajin sekali menemani aku latihan?”

“Aku ke sini cuma iseng saja. Mau dengar musik samba dan nonton para laki-laki  ganteng beraksi melakukan gerakan ginga.”

Ginga merupakan suatu gerakan dasar Capoeira. Gerakannya mirip kuda-kuda dalam ilmu beladiri lainnya.

“Apa? Apakah aku tak salah dengar?”

“Apakah ada yang salah?”  Leila balik bertanya.

Jawab Bella, “Sedikit…kalau Torra tahu bahwa kamu kesini cuma untuk melihat lelaki ganteng, pasti dia marah.”

“Kurasa Torra tidak akan pernah marah sedikit pun.”

“Kau yakin, Leila?”

“Ya, sebab Torra agaknya tak pernah merasa memiliki aku. Mungkin bagi dirinya, aku ini hanya pelengkap dalam kehidupan rumah tangga kami.”

“Wah, masak? Sedang bertengkar dengan suamimu itu, ya?” selidik Bella.

“Tidak juga. Maksudku, sudah dua tahun belakangan  ini aku dan  Torra  tidak pernah bertengkar. Kami baik-baik saja.”

Leila  membuka tasnya. Dia mengambil sebotol air mineral.

“Aku mau menawarkan air mineral ini untuk Sony,” kata Leila sambil melangkah ringan mendekati Sony dan teman-temannya yang sedang beristirahat.

“Aku butuh teman untuk berbagi,”  tambah Leila.

Bella menggeleng kepala. Dia menebak dalam hatinya bahwa sepupunya yang berusia dua tahun lebih tua darinya itu sedang mengalami masa puber kedua.

“Hop! Tapi tenang saja. Mudah-mudahan suatu hari nanti aku ikut jadi capoeirista,” imbuh Leila.

Setahu Bella, semasa mereka masih sama-sama remaja dulu, Leila adalah gadis pendiam yang sulit mengungkapkan perasaannya, apalagi mengekspresikannya.

Semasa duduk  di bangku SMP dulu, sepengetahuan Bella,  sepupunya itu pernah jatuh cinta pada teman sekelasnya yang jago main volleyball. Sayang si lelaki yang dia taksir itu tidak pernah tahu kalau Leila diam-diam naksir berat. Buntutnya ketika akan lulus dari bangku SMP, Leila patah hati sebab si jago volleyball itu sudah punya pacar  adik kelasnya.

Waktu SMU juga begitu, Leila dua kali jatuh cinta. Namun dipendam begitu saja. Alasannya klasik, katanya tidak pantas seorang perempuan yang lebih dulu mengatakan isi hatinya. Jadilah Leila bagai pungguk merindukan bulan.

Setelah Bella dan Leila sama-sama sibuk kuliah di universitas yang berbeda, Bella tak tahu lagi nasib percintaan Leila.

Hingga suatu hari setelah lulus kuliah,  Leila tiba-tiba mengumumkan rencana pernikahannya  bersama Torra.

Bella sendiri tidak banyak tahu tentang siapa calon suami Leila tersebut.

Dalam pernikahan tersebut, Leila dan Torra dikaruniai tiga orang anak laki-laki tampan…

Bella sesekali melayangkan pandang ke arah Leila dan Sony yang sedang berbincang akrab. Entah apa yang sedang mereka bicarakan.

Wajah cerah ceria tampak terlukis di wajah Leila. Dalam hatinya Bella berdecak, seumur hidupnya belum pernah dia melihat sepupunya tersebut sebahagia itu.

Apakah Sony yang menjadi alasan Leila untuk setia menemani Bella latihan seni bela diri Capoeira?  Begitu Bella menebak.

Pesona musik samba kembali terdengar. Suara dentuman alat musik ritmis yang ditabuh tiga laki-laki capoeirista berambut gondrong kembali menggema.  Melantunkan  nyanyian riang mengiringi para  capoeirista mengayun-ayunkan kaki dan tangannya membentuk gerakan yang indah.

Mata lentik Leila kembali hanyut mengikuti gerakan tubuh Sony yang mengentak-hentak.   Ada getar nuansa indah hadir di relung hatinya.

Leila bertanya jauh ke dasar hatinya yang paling dalam. Apakah ada yang salah dengan perasaannya kali ini bila dirinya terpesona pada seorang lelaki tampan di  Capoeira?  Ups? Lelaki anggota Capoeira itukah atau sesungguhnya Leila jatuh cinta pada seni beladiri Capoeira itu sendiri?

Wanita itu coba menelusui jejak masa lalunya. Mencoba memahami gejolak indah yang ada di hatinya.

Sejak kecil dia butuh cinta dan kasih sayang. Sebuah rasa yang tak pernah dia dapatkan secara utuh.

Sejak kecil dia sudah hidup terpisah dari kasih sayang kedua orang tua. Kedua orang tuanya memilih hidup terpisah dengan alasan yang  tidak pernah Leila ketahui sampai detik ini. Kedua orang tuanya telah membungkus misteri itu  rapat-rapat…

Semula, menikah dengan Torra adalah suata momentum sejarah dalam dirinya untuk menutup lembar pahit dalam hidupnya yang telah kehilangan kasih sayang kedua orang tuanya.  Dia mengira menikah dengan Tora merupakan keputusan yang paling tepat. Dia berharap Torra dapat melengkapi kekosongan batinnya yang butuh kasih sayang dan perhatian.

Namun harapan itu ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Membuat Leila merasa frustrasi.

Perjalanan pernikahannya terasa hambar.

Pagi-pagi sekali Torra sudah berangkat ke kantor. Tengah malam dia baru pulang. Kalau libur, Torra lebih asyik bersama teman-temannya memancing  atau mengendarai moge alias motor gede menyusuri jalan kota Pekalongan. Seolah Leila tiada pernah ada di dalam lembar kehidupan Torra.

Bukan rutinitas seperti itu yang diimpikan Leila. Dia ingin diajak nonton film berdua di bioskop seperti masa-masa pacaran dulu, makan berdua di kafe sambil mendengarkan musik romantis, merayakan hari ulang tahun perkawinan dengan setangkai mawar merah di atas tempat tidur, dan…beribu kejutan romantis yang tidak pernah diberikan satu kali pun dalam perjalanan kehidupan perkawinan yang telah dilalui pasangan Leila-Torra.

Yang lebih menyakitkan lagi bagi Leila adalah Torra tidak pernah merisaukan jika Leila pergi dari rumah selama berhari-hari. Hati Torra tidak pernah tergerak sekalipun untuk menjemput Leila pulang ke rumah. Dia hanya menelpon dengan tenang seraya menanyakan kabar Leila, seolah-olah tak ada yang perlu dikhawatirkannya.

Padahal saat itu Leila ingin Torra menjemputnya dengan pandangan cemburu yang dibungkus dengan sedikit bumbu amarah cinta.

Ya…sedikit amarah karena cemburu, canda tawa, pujian, rayuan, perhatian, dibukakan pintu mobil bila hendak masuk kedalam mobil, ciuman di kening sambil membisikkan kata I love you, hm…kejutan kecil yang romantis…agaknya semua itu tidak pernah ada dalam kamus hidup Torra.

Padahal semua perhatian kecil seperti itulah yang dibutuhkan Leila…yang dibutuhkan semua kaum wanita pada umumnya di belahan kutub mana pun di muka bumi ini. 

Leila pun enggan mengungkapkan sisi ruang batinnya yang hampa tersebut kepada Torra.

Akankah semua impiannya tersebut dapat diberikan oleh Sony? Siapa peduli pada diri Leila walaupun melolong panjang bak serigala betina yang minta dikasihi dan diberikan limpahan kasih sayang!

Leila seolah baru tersadar dari tidur panjangnya.

Pada bulan-bulan berikutnya, kenyataannya, Leila baru menyadari, ternyata bukan lelaki tampan yang bernama Sony itulah yang membuatnya seolah mendapatklan energi cinta dan bahagia.

Namun seni bela diri Capoeira-lah yang memberikan banyak energi cinta pada dirinya. Energi untuk belajar mencintai diri sendiri…menghargai diri sendiri…menyenangkan diri sendiri…memanjakan diri sendiri dalam sebuah komunitas baru yang dipenuhi dengan aroma persahabatan. Itulah  Capoeira.

Kini Leila telah menjadi capoeirista, sebutan untuk orang-orang yang menjadi pemain Capoeira. Saat belajar Capoeira, selain berlatih jurus-jurus tertentu, para capoeirista ternyata juga diajari filosofi, nyanyian, dan memainkan alat musik khas Brasil seperti pandeiro, gendang  atabaque, agogô, dan yang tak kalah pentingnya adalah berimbau yaitu instrumen yang bentuknya seperti busur panah.

Beberapa orang dari  capoeirista akan memainkan alat musik khas Brasil tersebut. Kemudia pemain Capoeira akan berkumpul melingkar dan bernyanyi lagu-lagu irama samba.

Selanjutnya, semua  capoeirista maju berpasangan secara bergantian untuk saling beradu. Namun gerakan diantara para capoeirista yang sedang beradu ini tidak serta merta bertujuan menjatuhkan lawan. Inilah bedanya dengan bela diri lain. Dalam  gerakannya terlihat cendrung  lambat.  Dua capoeirista yang sedang bertarung tersebut bak penari gagah perkasa.  Oh indahnya.

Ya, Torra adalah Torra. Mungkin dia bukan tipe suami romantis.  Leila beranggapan bahwa sungguh tak adil jika dirinya memaksakan kehendaknya agar Torra berubah sesuai impiannya.

Kini Leila lebih memilih untuk memberikan kebahagiaan kepada dirinya sendiri, tanpa perlu menunggu Torra memberikannya.

Semuanya sekarang mengalir seperti apa adanya, Leila bisa berbahagia dengan menjadi capoeirista. Leila bisa bahagia juga dengan kembali melukis di atas kanvas seperti dahulu lagi untuk dijualnya di galeri lukisan milik Bella di Bali.

Segala hal yang dilakukannya sekarang telah membuatnya lebih berbahagia.

Menurut sejarahnya, Capoeira adalah sebuah seni bela diri yang dikemas dengan tarian.

Sekitar tahun 1500-an orang-orang Afrika yang dijadikan budak di Brazil secara diam-diam berlatih  Capoeira dengan  tujuan mempertahankan diri dari tindakan kesewenang-wenangan sistem perbudakan yang ada pada waktu itu.

Nah, agar tidak dicurigai saat berlatih Capoeira, maka setiap gerakan yang mereka lakukan selalu disertai iringan alat musik tradisional dan nyanyian yang indah.

Jadi Capoeira merupakan  sebuah sistem bela diri tradisional yang dikembangkan di Brazil oleh budak-budak Afrika.

Tahun 1900-an keindahan bela diri Capoeira mulai tersebar ke seluruh penjuru dunia.

Semangat orang-orang Afrika di abad enam belas itu memberi inspirasi bagi Leila untuk tak cengeng menangisi nasib.

Sunday, August 5, 2012

Malin Kundang (Cerita Rakyat Sumatera Barat)


Pada suatu hari, hiduplah sebuah keluarga di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga itu mempunyai seorang anak yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keluarga mereka sangat memprihatinkan, maka ayah malin memutuskan untuk pergi ke negeri seberang.

Besar harapan malin dan ibunya, suatu hari nanti ayahnya pulang dengan membawa uang banyak yang nantinya dapat untuk membeli keperluan sehari-hari. Setelah berbulan-bulan lamanya ternyata ayah malin tidak kunjung datang, dan akhirnya pupuslah harapan Malin Kundang dan ibunya.

Setelah Malin Kundang beranjak dewasa, ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Akhirnya Malin Kundang ikut berlayar bersama dengan seorang nahkoda kapal dagang di kampung halamannya yang sudah sukses.

Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Malin belajar dengan tekun tentang perkapalan pada teman-temannya yang lebih berpengalaman, dan akhirnya dia sangat mahir dalam hal perkapalan.

Banyak pulau sudah dikunjunginya, sampai dengan suatu hari di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.

Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.

Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.

Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping. "Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.

SANGKURIANG (Cerita Rakyat Jawa Barat)


Pada jaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing kesayangannya yang bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan juga bapak kandung Sangkuriang, tetapi Sangkuriang tidak tahu hal itu dan ibunya memang sengaja merahasiakannya.

 Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Setelah sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Dia melihat ada seekor burung yang sedang bertengger di dahan, lalu tanpa berpikir panjang Sangkuriang langsung menembaknya, dan tepat mengenai sasaran. Sangkuriang lalu memerintah Tumang untuk mengejar buruannya tadi, tetapi si Tumang diam saja dan tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang. Karena sangat jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang lalu mengusir Tumang dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersamanya lagi.

Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Begitu mendengar cerita dari anaknya, Dayang Sumbi sangat marah. Diambilnya sendok nasi, dan dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya.

Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap hari, dan meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah berupa kecantikan abadi dan usia muda selamanya.

Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, akhirnya ia berniat untuk pulang ke kampung halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat terkejut sekali, karena kampung halamannya sudah berubah total. Rasa senang Sangkuriang tersebut bertambah ketika saat di tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang langsung melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan sepakat akan menikah di waktu dekat. Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hatan. Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat dia merapikan ikat kepala Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka. Bekas luka tersebut mirip dengan bekas luka anaknya. Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah tekejut, karena ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut adalah anaknya sendiri.

Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan anaknya sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka. Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin lalu saja.

Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak pernah terjadi. Setelah berpikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jika gagal maka pernikahan itu akan dibatalkan. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya sungai Citarum dibendung. Dan yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk membuat sampan yang sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesai sebelum fajar menyingsing.

Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya, Sangkuriang lalu mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu menyelesaikan tugasnya tersebut. Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, karena Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua syarat yang diberikan Dayang Sumbi sebelum fajar.

Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur kota. Ketika melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung menghentikan pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.

Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.

BATU MENANGIS (Cerita Legenda Kalimantan)


Disebuah bukit yang jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya.

Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai prilaku yang amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari.

Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.

Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar orang dijalan yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan dibelakang sambil membawa keranjang dengan pakaian sangat dekil. Karena mereka hidup ditempat terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak.

Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para pemuda desa yang tak puas-puasnya memandang wajah gadis itu. Namun ketika melihat orang yang berjalan dibelakang gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya.

Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu, "Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan dibelakang itu ibumu?"
Namun, apa jawaban anak gadis itu ?
"Bukan," katanya dengan angkuh. "Ia adalah pembantuku !"
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu.
"Hai, manis. Apakah yang berjalan dibelakangmu itu ibumu?"
"Bukan, bukan," jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. " Ia adalah budakk!"
Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang disepanjang jalan yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya itu. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya.

Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka jika ditanya orang, si ibu masih dapat menahan diri. Namun setelah berulang kali didengarnya jawabannya sama dan yang amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu yang malang itu tak dapat menahan diri. Si ibu berdoa.

"Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, tuhan hukumlah anak durhaka ini ! Hukumlah dia...."
Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya.

" Oh, Ibu..ibu..ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Ibu...Ibu...ampunilah anakmu.." Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut " Batu Menangis ".

Timun Mas (Cerita Rakyat Jawa Tengah)

Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah desa di dekat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka belum saja dikaruniai seorang anak pun.

Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi seorang anak. Suatu hari seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri itu. Raksasa itu kemudian memberi mereka biji mentimun.

“Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak perempuan,” kata Raksasa. “Terima kasih, Raksasa,” kata suami istri itu. “Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku,” sahut Raksasa. Suami istri itu sangat merindukan seorang anak. Karena itu tanpa berpikir panjang mereka setuju.

Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.

Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu. Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka memberi nama bayi itu Timun Mas.

Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa datang kembali. Raksasa itu menangih janji untuk mengambil Timun Mas.

Petani itu mencoba tenang. “Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain. Istriku akan memanggilnya,” katanya. Petani itu segera menemui anaknya. “Anakkku, ambillah ini,” katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain. “Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah secepat mungkin,” katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri.

Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi tak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan.

Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang luas pun terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah.

Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah raksasa. Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri.

Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan biji-biji mentimun ajaib. Seketika tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun makan mentimun-mentimun yang segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur.

Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama kelamaan tenaganya habis. Lebih celaka lagi karena Raksasa terbangun dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia tak bisa bernapas, lalu tenggelam.

Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya. “Terima Kasih, Tuhan. Kau telah menyelamatkan anakku,” kata mereka gembira.

Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup bahagia tanpa ketakutan lagi.

Danau Toba (Cerita Rakyat Sumatera Utara)


Di wilayah Sumatera hiduplah seorang petani yang sangat rajin bekerja. Ia hidup sendiri sebatang kara. Setiap hari ia bekerja menggarap lading dan mencari ikan dengan tidak mengenal lelah. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Pada suatu hari petani tersebut pergi ke sungai di dekat tempat tinggalnya, ia bermaksud mencari ikan untuk lauknya hari ini. Dengan hanya berbekal sebuah kail, umpan dan tempat ikan, ia pun langsung menuju ke sungai. Setelah sesampainya di sungai, petani tersebut langsung melemparkan kailnya. Sambil menunggu kailnya dimakan ikan, petani tersebut berdoa,“Ya Alloh, semoga aku dapat ikan banyak hari ini”. Beberapa saat setelah berdoa, kail yang dilemparkannya tadi nampak bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani tersebut sangat senang sekali, karena ikan yang didapatkannya sangat besar dan cantik sekali.

Setelah beberapa saat memandangi ikan hasil tangkapannya, petani itu sangat terkejut. Ternyata ikan yang ditangkapnya itu bisa berbicara. “Tolong aku jangan dimakan Pak!! Biarkan aku hidup”, teriak ikan itu. Tanpa banyak Tanya, ikan tangkapannya itu langsung dikembalikan ke dalam air lagi. Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, karena tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik.

“Jangan takut Pak, aku tidak akan menyakiti kamu”, kata si ikan. “Siapakah kamu ini? Bukankah kamu seekor ikan?, Tanya petani itu. “Aku adalah seorang putri yang dikutuk, karena melanggar aturan kerajaan”, jawab wanita itu. “Terimakasih engkau sudah membebaskan aku dari kutukan itu, dan sebagai imbalannya aku bersedia kau jadikan istri”, kata wanita itu. Petani itupun setuju. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.

Setelah beberapa lama mereka menikah, akhirnya  kebahagiaan Petani dan istrinya bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Anak mereka tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan kuat, tetapi ada kebiasaan yang membuat heran semua orang. Anak tersebut selalu merasa lapar, dan tidak pernah merasa kenyang. Semua jatah makanan dilahapnya tanpa sisa.

Hingga suatu hari anak petani tersebut mendapat tugas dari ibunya untuk mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi tugasnya tidak dipenuhinya. Semua makanan yang seharusnya untuk ayahnya dilahap habis, dan setelah itu dia tertidur di sebuah gubug. Pak tani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Karena tidak tahan menahan lapar, maka ia langsung pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, pak tani melihat anaknya sedang tidur di gubug. Petani tersebut langsung membangunkannya. “Hey, bangun!, teriak petani itu.

Setelah anaknya terbangun, petani itu langsung menanyakan makanannya. “Mana makanan buat ayah?”, Tanya petani. “Sudah habis kumakan”, jawab si anak. Dengan nada tinggi petani itu langsung memarahi anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!," umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan dari istrinya.

Setelah petani mengucapkan kata-kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. 

Lutung Kasarung (Cerita Rakyat Jawa Barat)


Pada jaman dahulu kala di tatar pasundan ada sebuah kerajaan yang pimpin oleh seorang raja yang bijaksana, beliau dikenal sebagai Prabu Tapak Agung.

Prabu Tapa Agung mempunyai dua orang putri cantik yaitu Purbararang dan adiknya Purbasari.

Pada saat mendekati akhir hayatnya Prabu Tapak Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti. “Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta,” kata Prabu Tapa.

Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat menggantikan Ayah mereka. “Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai penggantinya,” gerutu Purbararang pada tunangannya yang bernama Indrajaya. Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-totol hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya tersebut. “Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang Ratu !” ujar Purbararang.

Kemudian ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Sesampai di hutan patih tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari. Ia pun menasehati Purbasari, “Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini pasti akan berakhir, Yang Maha Kuasa pasti akan selalu bersama Putri”. “Terima kasih paman”, ujar Purbasari.

Selama di hutan ia mempunyai banyak teman yaitu hewan-hewan yang selalu baik kepadanya. Diantara hewan tersebut ada seekor kera berbulu hitam yang misterius. Tetapi kera tersebut yang paling perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu menggembirakan Purbasari dengan mengambilkan bunga –bunga yang indah serta buah-buahan bersama teman-temannya.

Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tempat yang sepi lalu bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Ini membuktikan bahwa Lutung Kasarung bukan makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah dan terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya mengandung obat yang sangat harum.

Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga tersebut. “Apa manfaatnya bagiku ?”, pikir Purbasari. Tapi ia mau menurutinya. Tak lama setelah ia menceburkan dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih seperti semula dan ia menjadi cantik kembali. Purbasari sangat terkejut dan gembira ketika ia bercermin ditelaga tersebut.

Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersama tunangannya dan para pengawal. Ketika sampai di hutan, ia akhirnya bertemu dengan adiknya dan saling berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali seperti semula. Purbararang tidak mau kehilangan muka, ia mengajak Purbasari adu panjang rambut. “Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang menang !”, kata Purbararang. Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia meladeni kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang.

“Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan kita, Ini tunanganku”, kata Purbararang sambil mendekat kepada Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan kebingungan. Akhirnya ia melirik serta menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung melonjak-lonjak seakan-akan menenangkan Purbasari. Purbararang tertawa terbahak-bahak, “Jadi monyet itu tunanganmu ?”.

Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya. Semua terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya dan memohon untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu akhirnya mereka semua kembali ke Istana.

Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda yang ternyata selama ini selalu mendampinginya dihutan dalam wujud seekor lutung.

Keong Mas (Cerita Rakyat Tanah Jawa)


Alkisah pada jaman dahulu kala hiduplah seorang pemuda bernama Galoran. Ia termasuk orang yang disegani karena kekayaan dan pangkat orangtuanya. Namun Galoran sangatlah malas dan boros. Sehari-hari kerjanya hanya menghambur-hamburkan harta orangtuanya, bahkan pada waktu orang tuanya meninggal dunia ia semakin sering berfoya-foya. Karena itu lama kelamaan habislah harta orangtuanya. Walaupun demikian tidak membuat Galoran sadar juga, bahkan waktu dihabiskannya dengan hanya bermalas-malasan dan berjalan-jalan. Iba warga kampung melihatnya. Namun setiap kali ada yang menawarkan pekerjaan kepadanya, Galoran hanya makan dan tidur saja tanpa mau melakukan pekerjaan tersebut. Namun akhirnya galoran dipungut oleh seorang janda berkecukupan untuk dijadikan teman hidupnya. Hal ini membuat Galoran sangat senang ; "Pucuk dicinta ulam pun tiba", demikian pikir Galoran.

Janda tersebut mempunyai seorang anak perempuan yang sangat rajin dan pandai menenun, namanya Jambean. Begitu bagusnya tenunan Jambean sampai dikenal diseluruh dusun tersebut. Namun Galoran sangat membenci anak tirinya itu, karena seringkali Jambean menegurnya karena selalu bermalas-malasan.
Rasa benci Galoran sedemikian dalamnya, sampai tega merencanakan pembunuhan anak tirinya sendiri. Dengan tajam dia berkata pada istrinya : " Hai, Nyai, sungguh beraninya Jambean kepadaku. Beraninya ia menasehati orangtua! Patutkah itu ?" "Sabar, Kak. Jambean tidak bermaksud buruk terhadap kakak" bujuk istrinya itu. "Tahu aku mengapa ia berbuat kasar padaku, agar aku pergi meninggalkan rumah ini !" seru nya lagi sambil melototkan matanya. "Jangan begitu kak, Jambean hanya sekedar mengingatkan agar kakak mau bekerja" demikian usaha sang istri meredakan amarahnya. "Ah .. omong kosong. Pendeknya sekarang engkau harus memilih .. aku atau anakmu !" demikian Galoran mengancam.

Sedih hati ibu Jambean. Sang ibu menangis siang-malam karena bingung hatinya. Ratapnya : " Sampai hati bapakmu menyiksaku jambean. Jambean anakku, mari kemari nak" serunya lirih. "Sebentar mak, tinggal sedikit tenunanku" jawab Jambean. "Nah selesai sudah" serunya lagi. Langsung Jambean mendapatkan ibunya yang tengah bersedih. "Mengapa emak bersedih saja" tanyanya dengan iba. Maka diceritakanlah rencana bapak Jambean yang merencanakan akan membunuh Jambean. Dengan sedih Jambean pun berkata : " Sudahlah mak jangan bersedih, biarlah aku memenuhi keinginan bapak. Yang benar akhirnya akan bahagia mak". "Namun hanya satu pesanku mak, apabila aku sudah dibunuh ayah janganlah mayatku ditanam tapi buang saja ke bendungan" jawabnya lagi. Dengan sangat sedih sang ibu pun mengangguk-angguk. Akhirnya Jambean pun dibunuh oleh ayah tirinya, dan sesuai permintaan Jambean sang ibu membuang mayatnya di bendungan. Dengan ajaib batang tubuh dan kepala Jambean berubah menjadi udang dan siput, atau disebut juga dengan keong dalam bahasa Jawanya.

Tersebutlah di Desa Dadapan dua orang janda bersaudara bernama Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil. Kedua janda itu hidup dengan sangat melarat dan bermata pencaharian mengumpulkan kayu dan daun talas. Suatu hari kedua bersaudara tersebut pergi ke dekat bendungan untuk mencari daun talas. Sangat terpana mereka melihat udang dan siput yang berwarna kuning keemasan. "Alangkah indahnya udang dan siput ini" seru Mbok Rondo Sambega "Lihatlah betapa indahnya warna kulitnya, kuning keemasan. Ingin aku bisa memeliharanya" serunya lagi. "Yah sangat indah, kita bawa saja udang dan keong ini pulang" sahut Mbok Rondo Sembadil. Maka dipungutnya udang dan siput tersebut untuk dibawa pulang. Kemudian udang dan siput tersebut mereka taruh di dalam tempayan tanah liat di dapur. Sejak mereka memelihara udang dan siput emas tersebut kehidupan merekapun berubah. Terutama setiap sehabis pulang bekerja, didapur telah tersedia lauk pauk dan rumah menjadi sangat rapih dan bersih. Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil juga merasa keheranan dengan adanya hal tersebut. Sampai pada suatu hari mereka berencana untuk mencari tahu siapakah gerangan yang melakukan hal tersebut.

Suatu hari mereka seperti biasanya pergi untuk mencari kayu dan daun talas, mereka berpura-pura pergi dan kemudian setelah berjalan agak jauh mereka segera kembali menyelinap ke dapur. Dari dapur terdengar suara gemerisik, kedua bersaudara itu segera mengintip dan melihat seorang gadis cantik keluar dari tempayan tanah liat yang berisi udang dan Keong Emas peliharaan mereka. "tentu dia adalah jelmaan keong dan udang emas itu" bisik Mbok Rondo Sambega kepada Mbok Rondo Sembadil. "Ayo kita tangkap sebelum menjelma kembali menjadi udang dan Keong Emas" bisik Mbok Rondo Sembadil. Dengan perlahan-lahan mereka masuk ke dapur, lalu ditangkapnya gadis yang sedang asik memasak itu. "Ayo ceritakan lekas nak, siapa gerangan kamu itu" desak Mbok Rondo Sambega "Bidadarikah kamu ?" sahutnya lagi. "bukan Mak, saya manusia biasa yang karena dibunuh dan dibuang oleh orang tua saya, maka saya menjelma menjadi udang dan keong" sahut Jambean lirih. "terharu mendengar cerita Jambean kedua bersaudara itu akhirnya mengambil Keong Emas sebagai anak angkat mereka. Sejak itu Keong Emas membantu kedua bersaudara tersebut dengan menenun. Tenunannya sangat indah dan bagus sehingga terkenallah tenunan terebut keseluruh negeri, dan kedua janda bersaudara tersebut menjadi bertambah kaya dari hari kehari.

Sampailah tenunan tersebut di ibu kota kerajaan. Sang raja muda sangat tertarik dengan tenunan buatan Jambean atau Keong Emas tersebut. Akhirnya raja memutuskan untuk meninjau sendiri pembuatan tenunan tersebut dan pergi meninggalkan kerajaan dengan menyamar sebagai saudagar kain. Akhirnya tahulah raja perihal Keong Emas tersebut, dan sangat tertarik oleh kecantikan dan kerajinan Keong Emas. Raja menitahkan kedua bersaudara tersebut untuk membawa Jambean atau Keong Emas untuk masuk ke kerajaan dan meminang si Keong Emas untuk dijadikan permaisurinya. Betapa senang hati kedua janda bersaudara tersebut.

Bawang Merah dan Bawang Putih (Cerita Rakyat Riau, Sumatera)


Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya.

Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikah saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih tidak kesepian lagi.

Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah Bawang putih menikah dengan ibu bawang merah. Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.

Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.

Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwasalah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.

“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?”

Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Mataharisudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang.” “Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.

“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri. Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
“Permisi…!” kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.

“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.

“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.Bawang putih berpikir sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba. “Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum.

Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.

Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.

Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.

Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.

THESE TOO, WILL PASS

Semoga cerpen ini bisa memberikan dampak positif pada para sahabat pemikir cerdas setelah membaca cerpen ini. Selamat membaca sahabat.

Pada suatu hari, seorang raja meminta kpd tukang emasnya yg sudah tua renta utk menuliskan sesuatu di dlm cincinnya.

Raja berpesan, "Tuliskanlah sesuatu yg bisa kamu simpulkan dari seluruh pengalaman & perjalanan hidupmu, spy itupun bisa menjadi pelajaran utk hidup saya".

Berbulan2 si tukang emas yg tua itu membuat cincinnya, lalu lebih sulitnya menuliskan apa yg penting di cincin emas yg kecil itu.

Akhirnya setelah berdoa & berpuasa, si tukang emas itupun menyerahkan cincinnya pd sang raja.
Dan dgn tersenyum, sang raja membaca tulisan kecil di cincin itu. Bunyinya,
"THESE TOO, WILL PASS"
("DAN YANG INIPUN AKAN BERLALU").

Awalnya sang raja tdk terlalu paham dgn apa yg tertulis di sana.
Tp, suatu ketika, tatkala menghadapi persoalan kerajaan yg pelik, akhirnya ia membaca tulisan di cincin itu & ia pun menjadi lebih tenang,
“Dan inipun akan berlalu.”

Dan tatkala ia sedang ber-senang2,
ia pun tak sengaja membaca tulisan di cincin itu, lantas ia menjadi rendah hati kembali.

Betul!
Ketika Anda lagi punya masalah besar ataupun sedang lagi kondisi terlalu gembira, ingatlah kalimat itu,
"Dan inipun akan berlalu."

Kalimat ini, kalau direnungkan dgn bijak akan mengantarkan diri kita pada keseimbangan hidup.

Tdk ada satupun yg langgeng.
Jadi, ketika Anda punya masalah,
tdklah perlu terlalu bersedih.
Tp, tatkala Anda lagi senang, nikmatilah selagi anda bisa senang

Ingatlah....
Apapun yg kau hadapi saat ini,
semuanya akan berlalu.

Jadilah orang yang:
• tetap SEJUK di tempat yang Panas...
• tetap MANIS di tempat yang begitu Pahit...
• tetap merasa KECIL meskipun telah menjadi Besar... &
• tetap TENANG di tengah Badai yang paling Hebat.... serta
• tetap MENGANDALKAN اللّÙ‡ SWT dalam segala Perkara...

Friday, August 3, 2012

Pelangi

“ Angi....maafin Riko. Riko janji....Riko akan kesini lagi didanau ini. Tapi....”
           “ Tapi apa Riko??” potong Pelangi.
           “ Tapi sekarang Riko harus pergi...” jawab Riko dengan berat hati.
           “ Pergi...kemana??” tanya Pelangi tertegun dengan kata-kata Riko.
           “ Ke London….” Jawab Riko pendek.
            Pelangi menundukkan kepalanya. Ia mencoba menyembunyikan kesedihannya itu. Riko sungguh tidak tega meninggalkan sahabat yang disayanginya itu. Sesungguhnya dalam hati Riko menganggap Pelangi lebih dari seorang sahabat. Sayangnya keadaanlah yang membuat Riko enggan mengungkapkan perasaan itu, ketakutannya akan hubungan persahabatan dengan Pelangi akan renggang setelah dia mengungkapkan perasaan itu.
           “ Tapi Riko janji…. Riko akan kesini lagi, di danau persahabatan kita ini.” tegas Riko.
           Ada sedikit harapan di hati Pelangi untuk bertemu kembali dengan Riko. Tetapi keragu-raguan tetap menyelimuti hati Pelangi. Jarak yang jauh akankah membuat  Riko tetap mengingatnya.
           “ Ini Riko titip gelang.” ujar Riko sedari melingkarkan gelang berinisial R di tangan kiri Pelangi.
           “ Kamu harus jaga gelang ini, kamu nggak boleh ngilangin gelang ini. Gelang ini sebagai tanda janji Riko untuk Pelangi, janji harus Riko tepati nantinya.” Tambah Riko.
           Gelang perak berinisial R kini melekat di tangan pelangi. Tak kuasa buliran bening membasahi pipi pelangi. Sebagai gantinya Pelangi memberikan kalung yang terukir nama PELANGI kepada Riko.
           “ Buat Riko…. Supaya Riko nggak lupa sama Angi.” Kata pelangi memakaikan kalungnya pada Riko. Riko memegang kalung itu dan memandangi ukiran nama yang menggatung dikalugnya. Kabutpun mulaidatang menyelimuti kalung itu, tidak berapa lama wanita berparas anggun datang menjemput Riko.
           “ Rikoo… ayo sayang nanti kita terlambat.” Teriakan mama Riko memecahkan kesunyian.
           “ Iya mah…” sahut Riko.
           Pelangi semakin sedih saat detik-detik keberangkatan Riko. Rasanya dia ingin ikut bersama-sama Riko. Tapi tidak mungkin Pelangi melakukannya.
           “ Riko pergi…. Sampai jumpa lagi saat kita berumur 17 tahun nanti.” Ujar Riko untuk terakhir kalinya kepada Pelangi. Kabut di Danau semakin bertambah tebal mengiringi kepergian Riko. Pelangi hanya bisa menangis mengantar kepergian Riko ke London. Dan sejak saat itu adalah awal semua perubahan kehidupan Pelangi.
******
           Hari demi hari dijalani Pelangi tanpa kehadiran Riko. Tak ada canda ataupun kejailan Riko. Pelangi selalu datang ke danau awal persahabatannya dengan Riko. Di danau itu Pelangi memutar kembali memorinya saat-saat bersama Riko. Semua kenangan diputarnya secara perlahan-lahan agar tidak hilang dari ingatannya. Ingin sekali Pelangi cepat-cepat berusia 17 tahun, tak sabar untuk menanti kedatangan Riko yang mengalami banyak perubahan.
           Tapi sayang, itu masih 5 tahun lagi dan waktu 5 tahun itu adalah waktu yang sangat lama. Dalam benak Pelangi dia bertanya-tanya mungkinkah Riko masih mengingatnya??
******
           Lima tahun genap Riko meninggalkannya. Belum ada kabar sama sekali tentang  Riko. Sampaia suatu hari, dimana hari itu adalah hari ulang tahun Pelangi yang ke-17. Pelangi sangat sedih, disaat hari istimewanya itu Riko tidak berada di sini.
           “Lima tahun sudah Rik.. kamu pergi,dan hari ini adalah hari ulang tahun ku. Kapan kamu pulang??”ujar Pelangi memandangi foto dirinya bersama Riko saat masih kecil dulu.
           Buliran air mata turun dari pelupuk matanya. Pelangi masih setia menunggu sahabatnya itu.Sahabat yang sangat dicintainya,dalam hatinya dia berharap Riko bukan sekedar sahabatnya melainkan orang yang memiliki hatinya.
           “Angiiiii….”seruan mamanya memecahkan kegundahan hati Pelangi.
           “Iya Mahh…” sahut Pelangi.
           “Cepat kesini….., ada surat untukmu” ujar mama.
           Pelangi segera menghapus air matanya dan berlari menghampiri mamanya. Dalam hati dia berkata “ Semoga surat dari London, semoga surat dari London.” Pelangi memengang surat itu
    Dilihatnya alamat surat itu tertera tulisan dari London. Cepat-cepat pelangi membuka surat itu.
London ,14 Febuary 2010
Untuk
Pelangi tersayang
Salam sayang,
“hai.. Angi”, mungkin kata-kata itu yang tepat ku ucapkan untuk ku ucapkan pertama kali setelah sekian lama aku tak menyapamu.Aku tau kamu pasti marah kepadaku setelah sekian lama aku pergi dan ini surat pertama yang kau terima.Oh..ya sebelumnya , apa kabar Pelangi ??? akuharap kamu disana sehat dan semakin cantik saja.Apa ada laki-laki yang mengisi hatimu?? Semoga saja belum da seseorang mengisi hatimu.(seulas senyum terlukis diwajah Pelangi)
Aku minta maaf baru bisa memberimu kabar sekarang.Sebenarnya sudah lama aku ingin membagi kabar pertama ku saat di London.Tapi apa daya, aku ingin memberimu kabar lewat e-mail tapi aku tak tahu alamat e-mail mu.
Aku tau hari ini kamu genap berusia 17th.Mungkin jika kamu disini kamu sudah berulang tahunkemarin.Aku ingin sekali bercerita bnyak tentang London .Disini cuacanya sangat bertolak belakang dengan di Indonesia, makanannya juga aneh-aneh namanya. Apalagi rasanya,lebih enak masakan si mbok. Masih banyak yang ingin kusampaikan padamu. Aku harap kamu masih seceria dulu saat-saat kamu masih bersamaku. Sekian dulu surat dariku, aku akan menemuimu di tempat awal kita bertemu dulu. Sebelumnya aku ingin mengucapkan Selamat Ulang Tahun Pelangiku sayang. Semoga kau sehat selalu. Tolong tunggu aku sebentar saja, aku akan kembali padamu.
                                                                                                   Orang yang merindukanmu,
         ( Riko )
NB: masihkah kau jaga gelang dariku???
          Aku harap kau masih memakainya…
          Jangan hilangkan gelang itu !!!
 Pelangi tak kuasa meneteskan air matanya. Meskipun berulang kali Pelangi menyekanya, air mata itu tetap saja tidak mau berhenti keluar dari matanya. Entah air ,mata kebahagiaanya atau kesedihannya. Pelangi bahagia ternyata Riko tidak pernah melupakan dirinya. Tapi satu hal yang mengganjal hatinya kapankah Riko akan pulang?
******
Hari itu Pelangi berangkat ke sekolah, kebetulan jarak sekolahan cukup jauh. Tapi Pelangi tak mengurungkan niatnya untuk naiksepeda ke sekolahannya. Hari itu bertepatan dengan kepulangan Riko dari London. Riko memang sengaja tidak memberi tahu Pelangi bahwa hari ini dia akan pulang. Dia ingin memberikan kejutan untuk Pelangi. Riko tiba di bandara tepat pukul 08.30 WIB. Senyumannya mengembang saat ia menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Indonesia setelah sekian lama dia pergi.
“ Aku pulang Pelangi….” Ujarnya sendiri sambil menatap birunya langit pagi itu.
Riko akan pulang ke rumah lamanya yang telah sekian lama ia tinggalkan dengan mamanya. Selama Riko di London rumah itu dihuni oleh neneknya dan 2 pembantu serta seorang satpam. Semenjak Riko pergi memang jarang pergi berkunjung ke rumah Riko.
Sebuah mobil kijang merah marun menjemput Riko. Pak Karjon menenteng koper Riko dan langsung meluncur.
“ Pak Karjon mampir ke toko boneka dulu ya…” pinta Riko.
“ Iya Den, mau beli boneka buat Non Pelangi ya?” Tanya Pak Karjon.
“ Iya pak…, Pelangi tambah cantik nggak Pak?”
“ Cantik Den, Non Pelangi sering lewat naik sepeda ke sekolah.” jawab Pak Karjon.
Sampai di toko Riko segera membeli sebuah boneka berbentuk kelinci berwarna merah muda, yang rencananya akan diberikan kepada Pelangi malam nanti.
******
“ Pelangiiiiii……… kamu sudah mendapat kabar dari Riko?” Tanya Mama.
“Sudah mah, tapi Angi nggak tahu kapan Riko akan pulang.” Jawab Pelangi. Mamanya mengerutkan dahi karena bingung dengan jawaban Pelangi.
“ Kok gitu??”
“ Ya Angi nggak tahu mah, ya udah deh Angi istirahat dulu ya mah..”
“ Iya udah sana.”
Sore menjelang malam Riko telah mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Pelangi. Mulai pakaian, diperhatikannya dari ujung rambut sampai kaki tidak dilewati Riko. Neneknya hanya tertawa melihat cucunya yang mendadakfashionable. Akhirnya setelah berjam-jam berdandan, Riko berangkat menuju ke rumah Pelangi.
Riko memacu mobilnya kecepatan yang stabil. Senyumnya tak berhenti mengembang saat melihat boneka kelinci yang akan dberikan pada Pelangi. Sangking senangnya Riko tidak melihat adanya truck dari arah yang berlawanan.
Mobil yang dikendarai Riko keluar dari jalur dan menabrak pohon. Selang kejadiaan itu terdengarlah suara serene yang terdengar parau di telinga Riko.
******
Dirumah, Pelangi memandangi fotonya bersama Riko sewaktu kecil dulu. Senyum tipis muncul di wajah Pelangi mengingat kejadiaan saat kecil dulu. Saat akan diletakkannya foto itu kembali, tiba-tiba saja foto terjatuh. Pelangi kaget bukan main, pikirannya mendadak teringat tentang Riko.
Sementara itu Riko tersadar telah berada di ruang yang aromanya penuh dengan obat. Didapatinya nenek berada di sampingnya, menangis mencemaskan keadaannya.
“ Riko kenapa?” Tanya Riko dengan lemah.
“ Kamu kecelakaaan saat menuju rumah Pelangi.” Jelas nenek.
“ Tapi Riko harus ke rumah Angi sekarang juga.” Ujar Riko bersih keras ingin ke rumah Pelangi.
“ Kamu belum sembuh betul, Nak.”
“ Tapi….”
“ Sudah kamu istirahat saja dulu.” Ucap nenek memotong perkataan Riko.
******
Pagi telah datang, Minggu ini adalah saat yang tenang untuk Pelangi. Entah kenapa mendadak Pelangi ingin pergi ke danau. Di keluarkanya sepeda yang kemudian dikayuhnya menuju danau.
Sementara itu Riko masih terbaring lemah di ranjang. Cahaya matahari masuk melalui celah-celah gorden jendela tempat Riko dirawat.
“ Danau… Aku ingin kesana.” Ujar Riko ketika terbangun dari tidurnya.
Dengan langkah tertatih Riko keluar dari kamar inapnya. Riko memanggil taxi untuk mengantarnya ke danau. Jika neneknya tahu Riko akan pergi ke Danau, neneknya tidak akan mengizinkannya.
Dalam hitungan jam Riko sampai di danau. Taxi itu meninggalkan Riko yang tertatih menyusuri jalan setapak yang dipenuhi kabut. Riko melihat sekeliling danau, sedikit ada perubahan pada jembatan danau itu. Senyumnya kembali terlukis di wajahnya melihat tempat kenangan masa kecilnya bersama Pelangi.  melihat tempat kenangan masa kecilnya bersama Pelangi. Tak jauh dari jembatan Riko mendapati seorang wanita yang sedang duduk di bangku taman tepi danau. Dalam hati Riko menebak-nebak “apakah wanita disana itu Pelangi?”. Perlahan-lahan Riko mendekati wanita itu. Rambut berwarna hitam kecoklatan kontras dngan kulit wajah putihnya. Wanita itu memakai switer hijau. Pandangannya menerawang jauh kearah cakrawala.
“Angii…” panggil Riko dengan rasa yang berkecamuk dihatinya.
Wanita itu menoleh kea rah suara yang memanggil namanya. Pelangi menengadakkan kepalanya ke sosok laki-laki bertubuh atletis yang berdiri di depannya. Wajah laki-laki itu terlihat pucat, matanya melihat Pelangi lekat-lekat. Riko melihat gelang yang melingkar di pergelangan wanita itu. Hal itu membuat Riko semakin yakin bahwa wanita itu adalah Pelangi. Pelangi terkejut dengan tingkah laki-laki yang berdiri dihadapannya.
“ Angi…, kamu benar Pelangi?” ujar Riko dengan derai air mata.
Pelangi semakin hera darimana laki-laki itu tahu namanya. Akhirnya Riko menunjukkan  kalung yang terukir nama Pelangi untuk meyakinkannya. Pelangi berdiri dari duduknya. Buliran air mata tak terbendung lagi di matanya. Ternyata laki-laki di hadapannya adalah Riko.
“ Ini aku Riko, Pelangi.” Kata Riko dengan suara bergetar.
Pelangi hanya diam menagis sejadi-jadinya.Sungguh idak disangka kalau Riko benar-benar menepati janjinya. Riko menarik tubuh Pelangi kedalam pelukannya. Di danau ini, di tempat ini pertama awal pertemuan dan persahabatan Riko dan Pelangi. Dan di danau ini pula, sekarang Riko dan Pelangi dipertemukan kembali setelah 5 tahun berpisah.
“ Jangan tinggalin aku lagi…..please.” ujar Pelangi sesenggukan di pelukan Riko.
“ Nggak akan… I’ll stay here for you…. Forever.” Jawab Riko.
Sesuatu yang terlihat jauh tak selamanya menjadi jauh. Begitupun dengan orang yang kita sayangi, walau waktu dan jarak yang jauh tidak akan selamanya terpisah. Yakinlah bahwa waktu juga yang akan menyatukan kita kembali.