September 2010 ~ pratamagta

Wednesday, September 29, 2010

7 Days 4 U


Cerita ini hanya fiktif belaka, apabila ada kesamaan nama,peristiwa atau tempat kejadian itu hanya bersifat kebetulan. Sebagai penulis saya harap anda dapat menangkap apa yang ingin saya sampaikan pada pembaca. Jika ada kritik dan saran silahkan isi buku tamu dalam situs ini atau kirimkan ke pratama.novelis@gmail.com . terimakasih

………………………………….

Pradantio Arif Prabowo atau sebut saja dia Arif merupakan seorang lelaki yang selalu menyendiri dan sendiri dalam menjalani hidupnya. Tak ada seorangpun tertera dalam kehidupannya yang suram. Teman sepermainan, sahabat bahkan tak ada seorang wanita pun yang tak mau tuk sejenak singgah di hatinya. Tapi ia tak pernah menyesali kehidupannya, ia selalu bersyukur kepada yang Esa. Hari demi hari ia lalui dengan penuh kesunyian, hanya sebuah buku yang selalu menemaninya, tempatnya berbagi cerita tentang hidupnya, mungkin baginya buku itu adalah satu-satunya yang paling mengerti apa yang ia katakan dan apa yang ingin ia utarakan.

Hari ini terlihat banyak daun berguguran bagai bersayap mengiringi terik siang yang tak enggan tuk pancarkan sinarnya. Nampak di bawah terik matahari itu seorang pemuda yang terdiam menyendiri di sudut gedung yang sering kita sebut kampus. Tak peduli dengan suasana panas di hari itu, dia terus saja melantunkan nyanyian kepedihan, sedangkan tangannya terus menari-nari di atas kertas putih, menuliskan semua kata-kata yang ada di hatinya. Sejenak kegiatannya ini terganggu saat dia menyadari seorang gadis sedang duduk di sampingnya , sejenak terlihat senyum di wajah Arif ketika gadis itu berkata “hai…boleh aku duduk disini?”. Tanpa ragu Arif menjawabnya dengan senyum di wajahnya yang perlahan bahagia. Gadis itu lalu duduk di samping Arif, “kamu lagi apa sih kok sendirian aja?”. Arif menjawabnya dengan bibir yang sedikit bergetar, “hmm…ga kok…cu…cu..ma…nulis aja”. Gadis itu lalu tersenyum, dan menatap mata arif dengan begitu tajamnya. Arif tertunduk malu, tak sanggup melihat tatapan gadis itu. Gadis itu lalu memegang tangan Arif sambil berkata “nama ku Hana … emm…panggil ajha aku Hanna…nama kamu siapa?”…senyuman gadis itu membuat Arif tak mampu tuk berkata, hanya diam membisu dan terus tertunduk. Gadis itu lalu pergi dan meninggalkan secarik kertas yang bertuliskan angka-angka nomor handphonenya. Arif melihat kertas itu seakan tak percaya, ia berulang kali menampar pelan dirinya, ia merasa sedang bermimpi…karena ga mungkin ada di dunia ini seorang gadis bodoh yang mau mengenal orang yang telah di vonis akan meninggalkan dunia beberapa bulan lagi. Yah sekarang kalian sudah tahu kan kenapa dia selalu menyendiri?, dahulu ia adalah orang yang paling dikagumi dan yang menjadi rebutan para wanita, tapi ketika ia menginjak usia 21…ia sering mengalami sakit pada kepalanya, setelah dipereriksa ternyata ia mengalami kanker otak yang sudah ganas. Tapi semangatnya tak pernah padam, ia selalu berusaha bahagia walaupun hanya sendiri, ia selalu membuat orang tuanya bangga dengan berprestasi dalam kuliah di sisa-sisa usianya.

………………………………………………………………………………………

Saat bingung mulai menampakkan cahayanya di angakasa yang begitu indahnya, Arif termenung di kamarnya sambil menatap secarik kertas dari gadis yang bernama Hana. Senyum yang begitu indah terlihat di wajahnya, “apa aku boleh memiliki seorang yang aku cintai?”, kata Arif dalam hati yang kemudian mengambil bukunya dan menuliskan kata-kata di lembaran buku itu. Ketika Arif sedang asiknya mengungkapkan isi hatinya, terdengar suara dering telephone genggamnya menggangu curahan hatinya. “Hallo..”, jawab Arif pada telephonenya. “Hallo Arif …ini Hana”. Mendengar nama itu, Arif langsung terdiam dan seakan bingung “Hana??!?..”, Tanya Arif bingung. “Ia Hana yang tadi di kampus..masa kamu lupa?”. “Ga kok…aku ga lupa….”, jawab Arif. “Aku nunggu telephone kamu, kok ga ngehubungi aku sih?”, tanya Hana. “Hmm…iya…barusan aku mau ngehubungi kamu kok…”, jawab Arif. “Wah masa sih?..kalau gitu kita sehati donk..”, kata Hana sambil bercanda. “Eh kamu kok tahu nama aku sih?...”, tanya Arif bingung. “Siapa sih yang ga tahu nama kamu…”, jawab Hana sambil bercanda. Mereka berbincang pada malam itu dengan akrabnya, bulanpun seakan mengerti perasaan Arif, ia menerangi malam dengan indahnya seindah perasaan Arif ketika mendegar Hana meminta Arif untuk menjemputnya esok saat akan pergi ke kampus…”Rif besok kamu bisa ga jemput aku?”, tanya Hana. “Bisa…tapi aku…tapi naik apa?!”, jawab Arif berkata dengan bimbang. “Aku bukan cewek matre rif…kamu biasa bawa motor kan,,motor merah itu”, balas Hana. “Ha?! Kok tahu?...”, tanya Arif. “Tahu donk”, jawab Hana. “Ok deh besok aku jemput kamu, tapi jangan ngehina ya”. Mereka lalu tertawa, bahagia sungguh bahagia…Hana adalah wanita pertama yang menghubungi Arif setelah teman-temannya mengetahui penyakit yang di derita Arif. Tapi Hana terlihat tak peduli dengan hal itu…ia berbincang dengan Arif dengan nada-nada suara yang juga bahagia, apa Hana memiliki perasaan yang begitu dalam terhadap Arif?...

……………………………………………………………………………………………..

Esok saat pagi datang, Arif terlihat rapi dan bahagia bergegas sarapan…”wah rapi banget anak mama satu ini..”, canda mama Arif. “Biasa ma…anak muda”, balas papa Arif yang tersenyum sambil menatap Arif. “Ah biasa aja ma…”, jawab Arif yang tergesa-gesa menghabiskan makanannya. “Ma, pa… Arif pergi dulu ya…”. “Kok buru-buru sih?”, sindir mama Arif. Arif hanya menjawab dengan senyum dan langsung pamit kepada kedua orang tuanya dengan mengecup tangan kanan mereka.

Ini adalah hari pertamanya dengan cewek lagi…perasaan grogi selalu menghampirinya, apalagi ketika ia telah sampai di tujuannya, terlihat gadis cantik telah menunggunya dengan senyum yang begitu menawan, “aku ga telat kan Han?”, tanya Arif. “Ga kok...yuk..”, jawab Hana. Arif sangat terkejut sekaligus bahagia ketika tangan halus Hana memeluk tubuh Arif saat di atas motor. Mereka terus berbincang dengan begitu girangnya ketika itu.

“Dah nyampe nih”, kata Hana. Arif terus menatap wajah Hana yang begitu sempurna baginya. “Eh Arif …ntar bareng lagi pulangnya ya”. Arif tersenyum manis pertanda menerima ajakan dari Hana itu, tapi ia tak mampu menanggapinya lewat kata-kata, hanya senyum yang terukir di wajahnya dan sedikit suara hati yang hanya dimengerti oleh dirinya sendiri.

Saat mentari semakin terik, panas yang menguras dahaga sangat terasa saat itu. Mungkin semua orang yang ada disana sedang berteduh menyejukkan hati, tapi tidak dengan Arif, ia sedang menanti gadis pujaannya. Arif menunggu Hana di samping motornya sambil menuliskan beberapa kata-kata. Langkah kaki terdengar perlahan dan kemudian suara lembut seorang wanita menyapa dengan lembutnya kepada Arif, “hallo Rif…wah kok nunggu disini?..kan panas..”, “eh kamu Han…ga papa kok, kan biar kamu jalan ga terlalu jauh”, jawab Arif. “Ah kamu Rif…”, kata Hana sambil tersenyum kepada Arif. “Yuk ah…laper nih..”, lanjut Hana. Arif lalu mengantarkan Hana ke rumahnya, Arif terlihat begitu senang bahkan bisa dikatakan sangat senang…apalagi saat ia tiba di rumah Hana dan Hana mengajaknya mampir di rumahnya sambil menggenggam tangan Arif. Arif pun mampir di rumah Hana yang terlihat mewah, di sana Arif diperlakukan dengan sopan dan ramah oleh orang tua Hana, tak ada yang bisa menghilangkan senyum yang terukir di wajah Arif saat itu.
………………………………………………………………………………………………

Langit gelap, tanpa cahaya bingung dan hanya redup sinaran bulan. Namun merdunya nyanyian jangkrik yang perlahan terdengar merubah sunyi malam itu. Itu juga yang dirasakan Arif, kesunyian yang biasa dirasakannya, pecah bagaikan derai kaca yang jatuh ke alas bumi yang dikelilingi indahnya mawar yang berwarna merah, saat ia sedang berbincang dengan Hana melalui telephone genggamnya. Begitu bahagianya Arif, seakan tak ada yang bisa membuatnya untuk berhenti untuk tertawa, ya sebuah tawa yang telah lama tak pernah ia berikan. Ibu Arif ternyata diam-diam mendengarkan suara tawa Arif yang terdengar begitu kerasnya, ibu Arif terdiam di depan pintu kamar Arif sambil meneteskan air matanya. Rasa bahagia yang tak bisa dibendungnya…tetesan air mata itu bukanlah suatu rasa sedih tapi adalah suatu rasa yang sangat bahagia…yang ia rasakan

………………………………………………………………………………………….

Esok hari adalah hari kedua Arif mengenal dan dekat dengan Hana, seperti hari sebelumnya…rona bahagia terlihat di raut wajah Arif, senyum seakan tak bisa lepas dari wajahnya. Dengan tergesa-gesa Arif dengan motornya yang berwarna merah menjemput gadis yang sedang dekat dengannya itu. “Pagi Han..”, kata Arif ketika sampai di rumah Hana”. “Pagi…”, jawab Hana sambil tersenyum dan naik ke motor Arif. “Eh Rif…ga papa nie aku deket ama kamu?...ntar ada yang marah lagi…”, tanya Hana sambil canda. “Hmm…mana ada orang yang bakal marah…mereka jijik dengan ku”, jawab Arif dengan nada yang sedikit tinggi. “Maksud kamu?”, tanya Hana bingung. “Ga…Ga…ada…”, jawab Arif yang kemudian diam.

“Arif ntar aku pulang agak lama…kita bareng ya,,,tapi kamu jangan nunggu di tempat kemaren…di kantin aja..ya..”, kata Hana dengan sedikit manja saat di parkiran kampus. “Ok deh tuan putri”, jawab Arif. Mereka seakan telah kenal lama, begitu dekat dan begitu akrab…apakah mereka saling mencintai?...

……………………………………………………………………………………………

Suasana begitu ricuh dan ramai, suara obrolan dan ocehan terdegar begitu keras di telinga. Yah itulah suasana yang terlihat di kantin kampus pada saat itu. Tertatap di ujung pandangan tubuh Arif sedang terduduk sambil menulis di bukunya yang terlihat membisu, tapi kali ini berbeda…ia menulis tentang rasa bahagianya. Tapi saat Arif sedang menikmati curahan hatinya, segerombolan wanita yang dengan sengaja berbincang dengan kerasnya berkata “Eh lihat tu Arif …ga sadar apa ya…malaikat maut dah deket, masih aja Pd deketin si Hana”, kata seorang wanita yang telihat buruk begitu juga hatinya. “hahahaha…”, sambut teman-teman wanita itu tertawa dengan girangnya menghina Arif. Arif terdiam, tulisannya terhenti…terlihat linangan air di matanya ketika mendengar kata-kata hinaan wanita itu. Pulpen hitam yang menjadi temannya terjatuh di lantai yang telah penuh dengan noda, tapi Arif tak mengambilnya dan hanya diam…terlihat Hana sedang menghampiri Arif sesuai janji yang diucapakannya…”kamu kenapa Rif”, tanya Hana sambil memberikan pulpen Arif. Arif tak menjawab, ia hanya menatap Hana…kemudian ia melangkah pergi meninggalkan Hana tanpa sepatah kata dari bibirnya. “Arif!!!..kamu mau kemana?”, teriak Hana. Namun Arif seakan tak mendegar teriakan Hana itu, ia terus melangkahkan kakinya…jauh dan terus menjauh…
……………………………………………………………………………………………..

Rintikan hujan yang membasahi bumi di iringi gemuruh suara alam yang seakan sedang gundah malam itu, seoalah mengerti apa yang dirasakan oleh Arif yang hanya menulis di atas bukunya yang mulai basah tertetes air mata yang jatuh dari pipinya. Dering suara telephone genggamnya seakan tak berarti, saat ia melihat nama yang Hana tertulis di layarnya. Ia hanya melihat dan meratap suara hp yang tertidur di atas meja yang dihiasi foto Hana yang terlihat sangat cantik.

Arif kembali menjadi Arif yang dulu, yang selalu sedih dan diam, dan hanya diam. Sebuah buku dan pulpen hitam yang hanya membisu, menjadi teman bagi Arif. Tak lagi ada senyum di wajahnya…itulah yang di alami Arif pada hari ke tiga ketika ia dekat dengan Hana…sendiri dan hanya sendiri… Arif tak pernah mau mengangkat telephone dari Hana dan selalu menghindar saat Hana mendekatinya di kampus itu. Pada hari ke tiga itu tepatnya hari rabu, Hana datang ke rumah Arif dengan penuh rasa penasarannya. “Arif tu di depan ada Hana”, kata mama Arif. Arif tak menjawab…seakan membisu. “Arif …Hana sudah jauh-jauh datang…kamu ga boleh kaya’ gini”, lanjut mama Arif. “Aku lagi mau sendiri ma”, jawab Arif perlahan. “Tapi Rif, kasihan kan Hana”, sambung mama Arif”. “Aku kan dah bilang mau sendiri ma!!!suruh aja dia pulang!!!”, bentak Arif. Mama Arif sangat terkejut mendengar bentak Arif yang begitu keras, mama Arif kemudian berjalan ke arah Hana dengan wajah sedih sambil meminta maaf kepada Hana atas sikap dari Arif. “Ga papa tante…mungkin Arif emang sedang ga mau diganggu…saya pamit dulu tante”, kata Hana dengan sopan kepada ibu Arif.

Ibu Arif melihat Arif dari kejauan…ia sedih…”Ya Tuhan, cobaan apalagi yang kau beri kepada anakku?, tidak cukupkah derita yang selama ini ia rasakan?”, kata ibu Arif perlahan sambil meneteskan air mata. Suasana terlihat mengharukan, langit pun seakan mengerti…ia gelap, matahari bersembunyi di balik awan yang kelam…tak sedikitpun cahaya di angkasa yang menerangi sore itu.

………………………………………………………………………………………………

Pada esok hari…tepatnya kamis yang juga menjadi hari ke empat bagi Arif, Arif masih terlihat murung dan selalu diam. Arif pergi ke kampus tanpa sarapan dan pamit kepada kedua orang tuanya. Saat di kampus seorang teman Arif menghampiri Arif, “Rif tadi ada cewek namanya Hana nyari lo”. Arif hanya diam dan tak memperdulikan temannya itu, “Arif lo denger ga sih!!!”, teriak teman Arif. Arif mengambil tasnya yang tergeletak di kursi duduknya dan segera melangkahkan kakinya keluar dari kelas. Tapi sesaat ketika Arif hendak keluar dari kelasnya, tiba-tiba “hai…” terdengar suara dari hadapan Arif yang sedang berjalan sambil tertunduk. Saat Arif menatap asal suara itu, ia menatap Hana sedang memanggilnya. “Rif kamu kenapa?”, tanya Hana bimbang. Arif tak menjawab, selalu diam. “Kamu kenapa?!!!tiba-tiba menghindar dari aku?”, kata Hana bingung. Namun Arif tetap hanya diam dan diam. Hana lalu berjalan ke arah Arif, tiba-tiba Arif perlahan berkata “jangan pernah mengenal aku Han…apalagi mengasihani aku”. Arif kemudian perlahan meninggalkan Hana, tapi Hana langusung memegang tangan Arif …” Arif..aku ga pernah berpikir seperti itu…aku tulus Arif!!!, kamu tahu…sebenarnya aku udah lama suka ama kamu…tapi aku…”, kata Arif sambil menetaskan air mata. Arif lalu menempelkan telunjuknya di bibir Hana yang membuat Hana berhenti berkata. “Han…kamu bilang…kamu udah lama suka ama aku, tapi aku sekarang kaya’ gini Hana!!! Apa kamu masih suka dengan aku?”, jawab Arif. “Aku akan tetap sayang kamu dalam keadan apapun rif”, jawab Hana perlahan. Arif lalu memeluk Hana dan mengecup keningnya, suasana terlihat begitu romantis, banyak yang teman-teman Arif yang terharu melihat kejadian ini. Mereka bersorak menyaksikan dua pasangan yang saling menyayangi itu.

……………………………………………………………………………………………...
“Jangan langsung pulang ya Arif, jalan-jalan dulu aja yuk”, kata Hana. “Tapi ini kan udah malam”, jawab Arif. “Ayo donk..please“, pinta Hana. “Ok deh jalan-jalan, tapi jangan ke mall ya”, jawab Arif. “Kenapa emangnya?”, lanjut Hana. “Ntar aku bangkrut lagi…hehehe..”, kata Arif sambil bercanda. “ye…”, sambung Hana tertawa dengan manisnya. Mereka lalu pergi dengan perasaan yang bahagia, tangan Hana melingkar di tubuh Arif, dan wajahnya bersandar pada pundak orang yang disayangnya.

“Nah sampai nie”…”wah indah banget!!!!”, teriak Hana., “ini adalah tempat kalau aku lagi ngerasa sedih, tempat ini yang ngehibur aku”, “Wah kalau sekarangkan ada Hana,Hana siap kok ngehibur Arif…hehehe”, sambung Hana sambil canda. Terlihat senyum kecil di wajah Arif, “bisa aja kamu Han”. Arif lalu menarik tangan Hana. “Sini Han, aku tunjukin kamu sesuatu”. Hana dan Arif lalu berjalan ke arah kursi yang di kelilingi oleh taman yang indah, “wah cantik banget…terlihat bintang – bintang yang bertaburan di angkasa, cahaya mereka bergitu indah sangat indah. Dihiasi dengan hembusan angin yang bertiup dengan perlahan. “Rif…katanya kamu bisa ngelukis ya”, tanya Hana. “Kata siapa?, ga kok”, jawab Arif. “Jangan bohong deh…Lukis aku donk, please..”, pinta Hana. “Hmm…tapi aku ga biasa ngelukis orang jelek”, kata Arif bercanda. “Sialan…awas kamu ya”, balas Hana sambil mengejar Arif. “Ok…ok maap…nyerah deh”, kata Arif sambil berlari. Hana lalu tersenyum kecil dan berjalan ke arah Arif, kemudian ia memeluk tubuh Arif…terlihat senyum di wajahnya. Hana menatap mata Arif, dan semakin memeluk tubuh Arif dengan eratnya. Tapi tiba-tiba Arif berkata “jadi ga nih di lukisnya?”, ketika Hana akan mengecup bibir Arif. Hana terkejut dan bingung…tapi ia tak Hanya tersenyum dan sedikit berkata “iya..lukis aku”. Hana kemudian duduk di atas rumput yang berwarna hijau, Arif lalu mengambil secarik kertas dan pencilnya dari dalam tas. Tangannya mulai menari-nari di atas secarik kertas itu, menggambarkan seorang yang disayanginya. Dinginnya malam tak sedikitpun mereka rasakan, justru kehangatan yang selalu menemani mereka saat itu. “Nih dah jadi”, kata Arif. “Wah cepet banget”, kata Hana sambil bingung. Hana lalu berjalan kearah Arif dan melihat secarik kertas itu. “Ga salah ni?...”, tanya Hana bingung. “Salah kenapa?”, tanya Arif. “Cantik amat…”, sambung Hana. Arif terdiam sejenak sambil menatap mata Hana yang terlihat bersinar dengan cantiknya. Kemudian Arif membelai rambut Hana yang tergerai indah sambil berkata “justru kamu yang salah Han…gambar ini ga ada apa-apanya dibandingkan kecantikan yang aku saksikan saat ini ketika menatap kamu. Hana termenung mendengar kata-kata itu…ia lalu memeluk tubuh Arif dan perlahan berkata…”aku sayang kamu Rif”.


…………………………………………………………………………………………….
Esok hari yaitu hari kelima Arif dengan Hana…Arif bergegas menemui orang tuanya sambil tersenyum ia berkata..”ma…pa…Arif ga sarapan ya,,,dah telat”. “Telat apa dulu nih?...telat ke kampus atau ke Hana?”, kata mama Arif sambil bercanda. Arif tertawa kecil mendengar canda dari ibunya itu…ia lalu segera melangkah ke motornya.

Di atas motornya, Arif bernyanyi memperlihatkan dia bahagia pagi itu…”hallo cantik…”, sapa Arif ke Hana saat ia sampai di rumah Hana. “Hallo juga cakep”, jawab Hana. Mereka lalu berjalan ke arah motor sambil bergandengan tangan dan senyuman yang selalu melekat di wajah mereka. “Eh skali-skali bolos kuliah yuk”, kata Hana. “Bolos?!!?”, “ia bolos…mau ga?”, tanya Hana. “Duh…gimana ya…”, kata Arif bingung. “Mau ya…ntar aku traktir deh”, sambung Hana. “Nah kalau itu aku mau…kbetulan banget belum sarapan hehehe…”, balas Arif. “Wuuu…maunya”, kata Hana sambil tertawa. Mereka lalu menuju ke sebuah mall di kota itu, dengan wajah yang berseri mereka berjalan melewati orang-orang yang menatapnya. “Kita nonton yuk…”, kata Hana. Mereka lalu memutuskan untuk nonton di bioskop mal itu, “Film apa?”, tanya Arif. “Kita nonton film horor aja yuk”, jawab Hana. Ketika mereka sedang asyik melihat film yang tertatap lebar di depan mereka, mereka mendengar kata-kata “aku sayang kamu…kamu mau kan jadi pacar aku?”. Hana lalu melihat datangnya suara itu, ternyata dari lelaki yang duduk disebelah Arif yang terlihat sedang menggenggam tangan wanitanya. Arif dan Hana lalu saling bertatapan seakan bingung, “Rif inikan film horor ya?”, tanya Hana. “Iya…tu lihat aja, judulnya aja manusia tanpa kepala”. “tapi kok ada yang romantisan di sini”, sambung Hana. Arif lalu tersenyum dan kemudian tertawa kecil…”kamu kalah Rif ama cowok yang disebelah kamu”, kata Hana. “ha?!!”, jawab Arif bingung. Hana lalu tersenyum sambil menatap mata Arif…dan terus menatapnya. Kemudian perlahan tangan Arif menggenggam lembut tangan Hana. “Han…kamu..mau..ga…”, tapi tiba-tiba seluruh pengunjung bioskop itu berteriak termasuk Hana ketika melihat sosok menakutkan seorang wanita tanpa kepala….AAAA!!!!AAA…Hana lalu memeluk Arif, “Ha kamu ngomong apa tadi Rif?”, tanya Hana.”Ga..aku ga ngomong apa-apa kok”, jawab Arif yang kemudian diam dan tersenyum sambil menatap wajah Hana.

“Filmnya ngeri juga”, kata Hana saat keluar dari bioskop itu. “Kemana lagi nih…”, tanya Arif…”yuk makan, katanya tadi lapar”, jawab Hana. “Nah dari tadi kek..”canda Arif. Mereka lalu berjalan dengan hati yang bahagia, terlihat tangan mereka selalu bergandengan seakan tak bisa terlepaskan. Mereka duduk dan bercanda sambil menyantap makanan yang dihidangkan di rumah makan cepat saji itu. Mereka bercanda dan terlihat semakin dekat, bagaikan dua orang yang t’lah lama memendam rasa di dalam hatinya. Setelah dari tempat makan itu, mereka lalu melangkahkan kaki menuju ke tempat permaianan, disana mereka bermain berdua dengan bergitu semangatnya, tawa dan canda selalu mengiri mereka, senyum dan kecupan menjadi pandangan yang biasa pada saat itu…sungguh indahnya, suatu yang tak bisa dibandingkan dengan keindahan yang lainnya, dan suatu yang tak pernah bisa tuk dilupakan.

………………………………………………………………………………………….

Angin malam berhembus pelan, menyejukkan hati dan memberi ketenangan. Rembulan bercahaya begitu indahnya…sangat indah…terlihat Arif sedang berbincang dengan Hana di hp nya, Arif terlihat bahagia saat itu…tergambar dari senyum dan rona wajahnya di malam itu. Setelah selesai berbicang dengan Hana melalui hp nya, Arif kemudian berkata kecil “Ya TuHan…aku bersyukur terhadap takdirku…walaupun aku ga mungkin menjadi pendampingnya kelak, tapi aku telah merasakan cinta…dan aku telah mencintainya”.

……………………………………………………………………………………………..

Saat pagi datang menjemput hari, hari itu adalah hari ke enam kisah Arif dan Hana. Seperti biasa, Arif bergegas menjemput Hana. Tapi ketika Arif tiba di rumah Hana, Arif tak melihat Hana yang biasanya berdiri menunggu Arif di depan halaman rumahnya. Arif lalu mengetuk pintu rumah Hana, terdengar langkah kaki yang perlahan mendekat…”O…Arif…Hananya udah pergi tadi..”, kata ibu Hana. “Udah pergi?!”, tanya Arif bingung. “Iya tadi dijemput teman-temannya. “ O iya deh tante…makasih ya…saya pamit dulu tante”, balas Arif. Arif lalu pergi dengan wajah yang sedikit sedih dan kecewa. Tidak seperti biasanya Hana tidak menunggu Arif. Senyum Arif sedikit hilang dari wajahnya…Hanya rasa penasaran dan sedikit kecewa yang tersisa di wajah yang ganteng itu.

Suasana terlihat ramai ketika Arif sampai di parkiran kampusnya…Arif turun dari motornya dengan wajah sedikit sedih…tapi tiba-tiba ia melihat sebuah tangan yang lembut memeluknya dari belakang, sambil berkata “maap ya aku ga nunggu kamu”. Arif lalu menoleh kebelakang…ia melihat Hana sedang tersenyum padanya, tapi ada yang aneh dengan Hana, Arif menatap sebuah kalung berbentuk boneka panda yang melingkar indah di tubuh Hana. “Kalung itu…”, kata Arif perlahan. “Kenapa Rif?”, tanya Hana. “kalung ini adalah pemberiaan seseorang dulu ketika aku di kampung, kamu pasti tahu orangnya”, sambung Hana. “Kamu si gadis cupu Rohana?”, tanya Arif bingung. “Ya Rif…aku yang dulu dihina dan selalu di jauhi oleh semua orang…termasuk kamu kan Rif”, kata Hana. Arif lalu terdiam, bayangan masa lalu kembali dalam memorinya. Ia ingat peristiwa saat ia mengihina Hana saat masih smp. Arif yang dulu seakan tak punya perasaan…ia tega mempermainkan hati si gadis cupu yang Rohana itu…terlihat Arif bersama teman-temannya mempermalukan Hana, dengan menyuruh Hana berpakaian yang aneh…hal itu adalah syarat agar diterima oleh Arif. Perlahan Arif berkata sambil menundukkan kepalanya…”maapin aku ya Han”. “Ga papa kok, malah aku berterima kasih ama kamu Rif, kalung ini udah mengubah aku…kamu bilang ketika aku menangis dulu…”jangan jadi anak yang cengeng, kamu harus tahu, suatu perasaan itu ga bisa dipaksakan…belajar dulu!!!baru kamu nyatakan cinta kamu ke aku…”, kata Hana sambil membayangkan kisah masa smp nya bersama Arif. “Kamu melemparkan kalung ini ke aku waktu kamu jalan menjauh dari aku kan?”, tanya Hana lagi. “Ya…”jawab Arif. “Aku ingat kata-kata kamu saat itu…kamu bilang, pakai kalung itu kalau kamu sudah siap untuk jadi pacar aku…”, kata Hana sambil menatap mata Arif. Arif terlihat membisu...bibirnya tak mampu tuk mengungkapkan suatu kata…tiba-tiba hp Hana berdering dengan kerasnya, saat Hana menjawab panggilan itu…ternyata yang menelphone adalah teman-teman Hana. “Rif aku ke dalam dulu bentar ya…teman-teman aku nungguin katanya ada perlu…bentar aja, ntar tungguin aku di kantin ya.

Hana lalu meninggalkan Arif menuju teman-temannya. Saat Hana bersama teman-temannya dalam kelas di kampus itu, terlihat teman Hana adalah gerombolan gadis buruk yang menghina Arif ketika di kantin beberapa hari yang lalu…”Han lo kok berubah sih..”, kata gadis buruk itu. “Ia Han lo sekarang jarang kumpul ama kita-kita, jangan-jangan lo beneran cinta lagi ama tu penyakitan”, sambung teman Hana yang bernama cilia. Hana diam mendengar ocehan teman-temannya…lalu kemudian bicara dengan pelaan “iya gua bener-bener cinta ama dia…”. “Ha!!! ya TuHan ga salah tu!!!!, inikan Cuma buat…taruhan lo ama cilia, lagian dia itu penyakitan and bentar lagi mau ma..”. Belum selesai gadis buruk rupa itu berkata, terdengar suara laki-laki memecah ocehan si buruk rupa itu. “ternyata kamu disini Han, aku dari tadi nungguin kamu di kantin”. Hana sangat terkejut mendengar suara yang mirip suara Arif itu…Hana menatap arah datangnya suara…ternyata memang benar Arif…Arif lalu mendekati Hana, dan dia terkejut ketika ia di depan rungan kelas itu, ia mendengar perkataan si gadis buruk rupa tentang taruhan Hana dengan cilia…”apa benar kata dia Han?”, kata Arif sambil berjalan ke arah Hana. Arif melihat seorang gadis yang menghinanya di kantin dulu, “kenapa?? kaget?!!?”, kata gadis yang buruk itu. “Ternyata aku udah salah menilai kamu Han…”, “Rif kamu salah paham”, teriak Hana. “aku udah terlanjur sayang ama kamu Han, tapi…kamu…”, kata Arif perlahan. “Ha sayang?!?...hahaha…lo mau Hana jadi pacar lo!!!, ga salah tu…orang penyakitan kaya lo!!!bentar lagi mampus…apa yang bisa lo beri ke si Hana?!!hahaha..”, kata gadis buruk rupa bersama teman lainnya sambil tertawa. Arif seakan tak mampu tuk berkata...ia diam dan Hanya diam, terlihat air matanya tertetes jatuh dari pipinya, perlahan ia berjalan meninggalkan Hana dan teman-temannya. “Arif..!!!dengar dulu!!!”, teriak Hana. Tapi Arif terus berjalan, dan kemudian menoleh ke belakang…”Tapi makasih Han…kamu udah mewujudkan impian aku…memiliki seorang untuk di cintai, walaupun aku ga mungkin memilikinya, karena tak ada yang bisa ku beri Han”, kata Arif dengan air mata yang berlinang di matanya. Arif kemudian berjalan lagi menjauhi seorang gadis yang sangat ia sayangi, Hana.

Si gadis rupa lalu bersorak gembira melihat kesedihan Arif, “Han lo happy donk!!!hahhaha…lo kan menang taruhan”. “Ntar malam ada yang traktir party nie,,,asyik!!!”, teriak teman-teman Hana. Senyum Hana seakan terpaksa, terlihat air berlinang di matanya yang memerah. “Rif…aku sayang kamu…kenapa kamu ga dengerin aku sih!!!”, kata Hana berbicara kecil sambil meneteskan air mata di saat teman-temannya sedang bahagia.

……………………………………………………………………………………………

Saat malam datang…Arif terlihat sangat sedih, bukunya basah oleh tetesan air yang menetes dari matanya. Tak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya, tak ada tulisan yang terungkap di bukunya…ia Hanya diam dan termenung, saat lamunannya semakin jauh hp nya kemudian berdering memecahkan keheningan…”Hallo”, “hallo Rif, ni gua andy…lo dimana? Ga ikut ama Hana?”. “Gua di rumah ndy…”, jawab Arif. “Loh gua kirain acara lo berdua…teman-teman Hana pada ngundang anak-anak buat party, makanya gua telphone lo”. “Mereka party ya…hahaha”, kata Arif tertawa. “Loh kok lo ketawa, apanya yang lucu, kalian pada ngerayain jadian ya?”, tanya andy. “Mereka kerayain kemenangan mereka ndy”, jawab Arif perlahan. “Ah gua ga ngerti…mendingan gua ke rumah lo ya, lo certain semuanya ke gua, jadi penasaran gua”, balas andy. “Ok lo dateng aja”, kata Arif.

Setelah 30 menit berlalu, andy tiba di rumah Arif. Arif lalu menceritakan peristiwa tadi sewaktu di kampus, bahwa Arif mendengar perkataan si buruk rupa tentang taruhan Hana dan cilia. “Nah jadi party yang mereka adakan sekarang ini, karena udah berhasil membuat gua kaya gini”, kata Arif perlahan. “Ah ga mungkin”, sambut andy bimbang. “Ga mungkin Hana kaya’ gitu…dia sering curhat ke gua tentang lo Rif”. Arif Hanya diam seakan tak peduli perkataan andy. “Rif jangan terlalu cepat ngambil kesimpulan, coba lo ngomong dan yang sebenarnya ke Hana, gua yakin Hana ga kaya’ gitu Rif”. Arif tetap Hanya diam dan tak menjawab perkataan andy. “Ok kalau lo ga mau nanya langsung ke Hana, biar gua yang nanya ke dia”, kata andy sambil meninggalkan rumah Arif.

………………………………………………………………………………………….
Beberapa jam setelah andy pergi dari rumah Arif, terlihat Arif sedang terbaring menerbangkan lamunannya, tanpa senyuman dan Hanya terdiam membisu. Berbeda dengan andy yang sudah berada di tempat dugem itu. Suasana terlihat ricuh dan ramai, suara musik yang begitu keras seakan hendak memecahkan telinga memaksa orang yang hadir disana untuk menggerakkan tubuh mereka. Andy bergegas mencari Hana dan hendak memecahkan rasa penasarannya. Ketika andy sudah menatap Hana, ia langsung menanyakan tentang hal yang di ceritakan oleh Arif tadi. Tapi andy terkejut saat mendengar cerita Hana, ia tahu kalau Arif salah paham…andy lalu bergegas menelphone Arif dan menjelaskan kejadian yang sebenarnya. “Nah sekarang semua udah jelaskan?!...lo harus dateng ke sini, Hana udah nunggu lo dari tadi”, kata andy. “Sorry ndy gua ga bisa ke sana, salam aja ama Hana”, jawab Arif. “Apa katanya ndy? apa Arif mau dateng?”, tanya Hana. Andy lalu menggelengkan kepalanya, Hana pun terlihat sedih dan kecewa saat itu.

Suaasana semakin ramai, canda tawa terdengar di seluruh tempat, tapi tidak dengan Hana yang Hanya sendiri, diam dan Hanya diam. “Hai boleh aku duduk disini?”, kata seorang cowok di belakang Hana. Hana Hanya diam tak memperdulikan kata-kata cowok itu. “kamu lagi apa sih, kok sendirian aja?”, kata cowok itu lagi. Hana seakan mengenal kata-kata itu, ia menoleh ke belakang dan…”Arif!!!”, teriak Hana. “Kamu datang juga, aku udah lama nungguin kamu disini”, kata Hana sambil memeluk Arif…Arif kemudian membelai perlaHan rambut Hanan yang indah, “maafin aku Han…aku udah ngeraguin kamu”, kata Arif sambil menatap Hana. Hana lalu menempelkan telunjuknya di bibir Arif, “ga ada yang perlu di maafin kok”, kata Hana…kemudian pelahan wajahnya menghampiri wajah Arif…kecupan yang sangat romantis disaksikan puluhan bahkan ratusan orang terjadi pada malam itu, indah sungguh indah.

…………………………………………………………………………………….

Esok saat pagi datang memulai suatu hari baru…hari ini adalah hari ketujuh hubungannya dengan Hana, hari ini lebih indah…Arif dengan perasaan bahagia yang masih melekat di hatinya, membuatnya selalu tersenyum dan tersenyum. Bergegas menjemput Hana pujaan hatinya. Di dalam hatinya, Arif berniat mengutarakan perasaannya, ia ingin agar Hana menjadi pacarnya. Tapi tiba-tiba ketika Arif tiba di rumah Hana, ia mendengar teriak suara ayah Hana…”Ayah ga setuju kamu dengan laki-laki itu!!! Tinggalkan dia!!!”. Terdengar tangisan Hana yang memedihkan hati. Arif lalu turun dari motornya dan melangkah ke halaman rumah Hana. Hana kemudian berjalan ke halamannya dengan wajah yang sedih dan air mata yang terus menetes dari pipinya. “Hana kamu kenapa?”, tanya Arif. Hana langsung memeluk Arif dengan suara yang terisak-isak…”aku akan terus mencintai kamu Rif, kamu juga kan?...”, kata Hana. “Iya aku cinta kamu Han…melebihi cinta ku pada diriku sendiri”, jawab Arif. “Kamu mau kan jadi pacar aku”, tanya Hana lagi. Arif terkejut mendengar kata-kata Hana, Arif lalu tersenyum dan perlahan berkata “iya aku mau jadi pacar kamu?, tapi apa kamu ntar ga akan nyesal?”, tanya Arif. “Aku ga kan pernah nyesal Rif, aku udah lama memendam rasa ini…aku tulus mencintai kamu…”, jawab Hana sambil menatap Arif. Arif lalu mengecup kening Hana, mengecupnya dengan penuh rasa sayang. Sesaat setelah mereka hendak melangkah ke motor, tiba-tiba terdengar suara ayah Hana dari depan pintu rumahnya…”Ou jadi kamu yang namanya Arif!!!, tinggalkan anak saya!!! Dasar ga tahu diri…hidup Cuma bentar lagi, ga mikir apa!!! Ga bisa diharapkan dari kamu…ga ada yang bisa kamu beri kelak untuk anak saya!!! Pergi !!!pergi kamu!!!, teriak ayah Hana sambil berjalan ke arah Hana dan Arif. “Ayah…”, kata Hana perlahan saat ayahnya menarik tangannya…Arif tak mampu tuk berkata atau pun berbuat, ia Hanya diam menyaksikan hal itu…”Rif jangan peduliin kata-kata ayah ku!!!”, teriak Hana sambil menangis. “Mereka benar Han…ga ada yang bisa aku beri ke kamu kelak, aku Hanya akan nyakiti kamu…lupakan aku Han”, kata Arif sambil menatap Hana. Arif kemudian melangkah meninggalkan rumah Hana, ia melangkah dengan perlahan dan tak sekali pun menoleh ke arah Hana…ia tetap berjalan walaupun Hana terus memanggil namanya dengan tangisnya.

…………………………………………………………………………………………….
Ketika malam datang, cahaya bingung begitu indah bertebaran ke seluruh alam…merdunya nyanyian jangkrik menghiasi keheningan…tapi tak dapat merubah apa yang dirasakan oleh Arif, ia menatap langit sambil berbicara dalam hati “tak ada yang bisa ku beri untuk orang yang aku cintai, Hanya cinta…”. Entah berapa banyak air yang menetes dari matanya, Hanya rerumputan yang bergoyang tertiup oleh hembusan angin, menjadi saksi bisu kepedihan yang dirasakan oleh Arif. Ketika nyanyian sang jangkrik semakin ramai, terdengar dering suara hp Arif, saat dilihat ternyata yang menghubungi adalah Hana, Arif langsung menolak panggilan itu. Berkali-kali hp Arif berdering, dan saat dilihat di hpnya tertera nama Hana. Arif tidak memperdulikan suara hp nya itu, tapi kemudian terdengar dering suara yang berbeda, ya itu adalah dering suara sms…Arif membuka isi pesan tersebut dan membacanya…”Arif…ini mamanya Hana, Hana sedang kritis di rumah sakit…ia mengalami tabrakan di perjalanan ke rumah kamu, tante harap kamu bisa datang di rumah sakit ini”, Arif langsung terkejut…dan bergegas ke rumah sakit tempat Hana kritis.

Ketika Arif tiba di rumah sakit itu, ia langsung berlari ke tempat Hana. Disana terlihat teman-teman Hana dan orang tuanya. Tatapan sinis mereka berikan kepada Arif, Hanya mamanya Hana yang ramah kepadanya. “Kamu datang juga Rif”, sapa mama Arif. “Gimana keadaan Hana tante?”. “Kata dokter Hana mengalami kerusakan pada kedua ginjalnya karena benturan yang sangat hebat”, jawab ibu Hana sambil mengangis. “Jadi gimana kata dokter tante?”, tanya Arif lagi. “Kemungkinan Hana selamat kecil, karena sulit mencari donor ginjal bila tergesa-gesa, ditambah lagi…Hana memerlukan dua ginjal, itu sama saja mencari jarum di antara tumpukan jerami lagipula mana ada orang yang mau memberikan kedua ginjalnya, itu sama saja membunuh diri dia sendiri, kenapa harus Hana!!!”, teriak ibu Hana histeris.

Mendengar kata-kata ibu Hana, Arif berlutut dan menangis…aku pun tahu apa yang ia rasakan, air matanya terus mengalir jatuh dari pipinya. Terdengar suara pintu terbuka dengan perlahan…”Siapa yang bernama Arif?”, tanya dokter kepada keluarga Hana. “Saya dok”, kata Arif perlahan. “Ikut saya”. Arif lalu masuk ke dalam ruangan icu itu…ia melihat Hana tergeletak lemah, banyak darah yang mengalir ke dalam tubuhnya melalui sebuah selang kecil…”gadis itu terus memanggil nama kamu ketika di ugd”, kata sang dokter. Arif lalu mendekati tubuh Hana dan menggenggam tangannya…”aku sayang kamu Han, sayang ku ini akan selalu untuk kamu selamanya”, kata Arif. Arif lalu mengecup kening Hana dengan tangis di matanya. Terlihat air menetes dari mata Hana setelah Arif mengecup keningnya, tapi ia Hanya diam tak mampu tuk berkata.

Arif kemudian keluar dari ruangan icu itu, “gimana Rif?”, tanya mama Hana. “Kata dokter Hana bisa diselamatkan tante..”, jawab Arif. Arif lalu meninggalkan keluarga dan teman-teman Hana.

…………………………………………………………………………………………..
Beberapa jam kemudian, terlihat beberapa orang suster bergegas mengeluarkan Hana dari ruang icu…”anak saya mau dibawa ke mana sus?, tanya mama Hana. “Ke ruang operasi bu”, jawab suster itu. Keluarga dan teman-teman Hana mengikuti langkah para suster itu. Kemudian mereka menunggu di depan ruang operasi itu dengan perasaan yang cemas…hampir 5 jam berlalu, akhirnya seorang dokter keluar dari ruangan itu…”gimana anak saya dok?”, tanya ayah Hana. “Anak bapak sudah melewati masa kritis, selamat ya pak”, jawab dokter itu. “Terima kasih dok”. “Berterima kasihlah pada ALLAH”. “Tapi siapa orang yang menjadi donornya dok?”, tanya ayah Hana lagi…doker itu Hanya tersenyum…tiba-tiba beberapa orang suster keluar sambil mendorong seseorang yang tertutup kain putih. “Tunggu sus..”, teriak ayah Hana. Keluarga dan teman-teman Hana lalu menyaksikan ayah Hana membuka kain putih yang menutupi tubuh yang telah kaku itu…mereka sangat terkejut ketika melihat sesosok wajah yang t’lah mereka kenal, ya…seorang yang selalu mereka hina…Arif…Arif telah terbaring kaku dengan mata yang tertutup…demi cintanya…ia pergi meninggalkan dunia…ia t’lah menjadi donor bagi Hana. Ayah Hana langsung terduduk dengan tangis di matanya, tak ada yang mampu bicara saat itu, Hanya keheningan yang mewarnai malam.

………………………………………………………………………………………………
Esok saat mentari datang, Hana membuka matanya dengan perlahan…”ma…”, kata Hana. “Hana kamu sudah sadar..!!?!”, teriak mama Hana. “Arif mana ma?, apa dia masih marah dan ga datang menjenguk Hana?”, tanya Hana. Ibu Hana Hanya terdiam sambil memberikan secarik kertas dan sebuah buku milik Arif. Kemudian perlahan ibu Hana meninggalkan Hana yang sedang terbaring. Hana lalu membaca secarik kertas itu.

Dear Hana,,,,,
mungkin saat kamu membaca tulisan dari ku ini kamu telah membaik…dasar kamu Han hehehe…kenapa pake acara tabrakan segala, katanya jago balapan?,,,dokter tadi bilang ke aku kalau nyawa kamu tidak bisa diselamatkan…karena kedua ginjal kamu telah mengalami luka yang parah akibat benturan. Aku ga bisa kehilangan kamu Han…aku ga bisa tanpa kamu, lebih baik aku yang pergi… kebetulan kata dokter ginjal aku cocok untuk kamu… wah… gak nyangka ea Han….
mungkin setelah kamu bisa berjalan nanti, aku ga bisa lagi menemani kamu lagi…atau menjemput kamu pagi-pagi, kamu mandiri ya…jadi anak yang selalu tegar dan kuat menghadapi hidup ini
aku teringat kata-kata ayah dan teman-teman kamu…tak ada yang bisa kuberikan kelak untuk kamu…mereka benar…aku tak pantas untuk seorang gadis seperti kamu
Cuma ini yang bisa kuberikan untuk kamu, untuk seseorang yang sangat aku sayangi…melebihi hidup ku…tolong jaga buku ku itu, eh iya…itu lukisan kamu…kamu terlihat sangat cantik melebihi apa pun yang aku tahu
Aku sayang kamu selamanya walaupun ketika aku telah di sisiNya saat ini

“AAAA!!!!AAA!!!Arif!!!!”, teriak Hana sambil menangis…Hana menangis dan berteriak dengan histerisnya, sesal dan marah terukir dari wajahnya. Tapi tak ada yang bisa mengembalikan Arif yang telah disisiNya. Arif telah pergi menemui sang Pencipta, menukarkan hidupnya untuk menyaksikan tawa seorang gadis yang sangat dicintainya.